Empat Hal Yang Melahirkan Filsafat
Bidang telaah filsafat pada
awalnya mempersoalkan siapa manusia itu? Kajian tarhadap persoalan ini berupaya
untuk menulusuri hakikat manusia, sehingga muncul beberapa asumsi misalnya
manusia adalah makhluk religius, makhluk sosial, makhluk yang berbudaya, dan lain
sebagainya.
Selanjutnya muncul pertanyaan, bagaimanakah filsafat
itu tercipta?
Hal apa yang menyebabkan manusia berfilsafat?
Pada dasarnya ada empat hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat, yaitu
ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya,
dan
keraguan.
Menurut Aristoteles ketakjuban
dianggap sebagai salah satu asal
muasal filsafat. Pada awalnya manusia
merasa takjub terhadap hal-hal yang ada
disekitarnya, lama-kelamaan ketakjubannya
semakin terarah kepada hal-hal
yang lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang-bintang, asal mula alam
semesta, dan seterusnya.
Ketakjuban macam ini hakikatnya hanya mungkin dirasakan dan dimiliki oleh
mahluk yang selain memiliki perasaan juga mempunyai akal budi (rasio).
Ketakjuban macam ini hakikatnya hanya mungkin dirasakan dan dimiliki oleh
mahluk yang selain memiliki perasaan juga mempunyai akal budi (rasio).
Sebelum lahirnya filsafat, kehidupan
manusia dikuasai dan diatur oleh
berbagai macam mitos dan mistis. Berbagai macam mitos dan mistis tersebut berupaya menjelaskan tentang asal mula dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
alam semesta, yang terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sayangnya, ternyata penjelasan-penjelasan yang berasal
dari mitos dan mistis tersebut makin
lama makin tidak memuaskan manusia. Ketidakpuasan itu pada nantinya mendorong manusia untuk terus menerus
mencari penjelasan dan keterangan yang
lebih meyakinkan bagi dirinya, dan yang lebih akurat.
Dilandasi oleh perasaan
ketidakpuasan tadi dan upaya mencari
penjelasan dan keterangan yang lebih
pasti cepat atau lambat akan mengantarkan
manusia tersebut kepada pemikiran yang rasional. Konsekuensinya adalah akal budi akan semakin berperan, dan justru
semakin menggeser peran mitos dan
mistis dalam kehidupan manusia. Pada saat rasio telah menghapus peran mitos dan mistis tadi, maka manusia telah mencapai
level berfilsafat.
Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia
membuat pertanyaan-pertanyaan itu tidak
kunjung habisnya. Dengan bekal hasrat bertanya maka kehidupan manusia serta pengetahuan semakin berkembang dan maju.
Hasrat bertanyalah yang mendorong
manusia untuk melakukan pengamatan, penelitian, serta penyelidikan. Ketiga hal tersebut yang menghasilkan berbagai penemuan baru yang semakin
memperkaya manusia dengan pengetahuan baru yang terus bertambah.
memperkaya manusia dengan pengetahuan baru yang terus bertambah.
Manusia sendiri ketika
mempertanyakan segala sesuatu dengan maksud
untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai hal yang dipertanyakan tersebut, itu berarti dia sedang
mengalami keraguan. Keraguan ini
dilandasi bahwa sesuatu yang dipertanyakan tersebut belum terang dan belum jelas. Karena itu manusia perlu dan harus bertanya.
Manusia bertanya karena masih
meragukan kejelasan dan kebenaran dari apa yang telah diketahuinya. Jadi, dapat kita lihat bahwa keraguanlah
yang ikut serta mendorong
manusia untuk bertanya dan terus bertanya,
yang kemudian menggiring manusia untuk
berfilsafat.
Dengan terus menerus memiliki hasrat
bertanya maka filsafat itu
akan tetap ada, dan akan terus ada.
Filsafat akan berhenti pada saat manusia
telah berhenti mempertanyakan segala sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar