Filsafat di
Dunia Islam
Berkembangnya filsafat di pesisir samudra Mediterania bagian
Timur pada abad 6 M, ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab
persoalan seputar alam, manusia dan Tuhan. Dari Mediterania bergerak menuju
Athena, yang menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh
Iskandar Agung, filsafat mulai merambah dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.
Ketika filsafat bersentuhan dengan Islam, yang terjadi
adalah filsafat terinspirasi oleh pokok-pokok yang bermuara pada sumber-sumber
hukum isalam. Filsafat islam merupakan filsafat yang seluruh filsufnya adlah
muslim. Para filsuf hidup dan bernafas dalam realita Al-Quran dan As-sunnah.
Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan Filsafat lainnya. Pertama,meski semua filsuf muslim
menggali kembali karya-karya filsafat Yunani, namun kemudian mereka
menyesuaikannya dengan ajaran islam. Kedua,
Islam adalah agama Tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih “mencari
Tuhan”, dalam filsafat Islam justru Tuhan “sudah ditemukan”.
Filsafat Islam muncul bersamaan dengan filsuf pertama, yaitu
Al-Kindi, pada pertengahan abad 9 M. Setelah berlangsung gerakan penterjemah
buku Ilmu dan Filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab lebih dari setengah abad di
Baghdad. Para filsuf tertarik dengan filsafat islam karena berfilsafat
merupakan tuntutan agama dalam rangka mencari kebenaran dan mengamalkan
kebenaran itu. Yang mereka gunakan sebagai saringan (filter) adalah Al-Quran
dan As-Sunnah. Filsafat islam membicarakan masalah besar filsafat, seperti
teori mengenal kebahagiaan dan keutamaan, hubungan manusia dan Tuhan dan
sebaliknya. Selain itu, filsafat islam juga mencakup kedokteran, hukum dan
ekonomi. Juga memasuki ilmu-ilmu keislaman, seperti ilmu fikih. Filsafat islam
mencapai puncaknya di zaman Al-Farabi dan Ibnu Sina. Setelah ada pertentangan
di antara para ulama mengenai kefilsafatan Ibnu Rusyd, perhatian orang terhadap
filsafat menjadi berkurang. Dan perhatian itu baru bangkit dan berkembang
kembali pada satu abad terakhir ini (abad ke-20).
Filsafat islam tumbuh dijantung Islam, tokoh-tokohnya
dididik dengan ajaran islam dan hidup dalam suasana islam. Filsafat islam
merupakan perpanjangan dari pembahasan-pembahasan keagamaan dan teologi yang
ada sebelumnya. Topik-topik filsafat islam itu bersifat religius, seperti
meng-Esakan Tuhan. Karena ia adalah pencipta, maka ia, maka mencipta dan bukan
sesuatu yang diciptakan, ia mengatur dan menatanya. Tuhan menciptakan
semata-mata karena anugerah-Nya dan juga perhatian-Nya. Dengan cara religius dan
bernuansa spiritual, filsafat islam dapat mendekati filsafat skolastik, bahkan
sejalan dengan filsafat kontemporer.
Meskipun bersifat religius-spiritual, tetapi filsafat islam
juga bertumpu pada akal dalam menafsirkan problematika ketuhanan, manusia dan
alam. Akal manusia merupakan salah satu potensi jiwa, Ibnu Sina membagi akal
menjadi dua macam. Pertama, akal praktis yang bertugas mengendalikan badan dan
mengatur tingkah laku. Sedangkan yang kedua, adalah akal teoritis khusus
bekenaan dengan persepsi dan epistemilogi. Karena akal praktis inilah yang
menerima persepsi-persepsi inderawi serta meringkas pengertian universal dengan
bantuan akal aktif.
Dengan akal, kita dapat menganalisa dan membuktikan. Dengan
akal, kita dapat menyingkap relita-realita ilmiah. Karena akal merupakan salah
satu pintu pengetahuan. Para filsuf islam sejalan dengan Mu’tazilah yang
mendahului mereka dalam mengagungkan akal dan tunduk kepada hukumnya. Mereka
bertumpu pada akal dalam banyak hal.
Referensi :
Hsyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar