Rabu, 05 Oktober 2016

Lunturnya Jiwa Pancasila di Kehidupan Mahasiswa



Lunturnya Jiwa Pancasila di Kehidupan Mahasiswa
            Mahasiswa adalah pelajar yang paling tinggi levelnya. Sebagai seorang pelajar tertinggi, tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab mereka tinggal menyempurnakan pembelajarannya hingga menjadi manusia terpelajar. Selain itu mahasiswa juga adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara. Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan.Artinya jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya. Dengan harapan bahwa suatu hari mahasiswa dapat menggunakan disiplin ilmunya dalam membantu pembangunan indonesia untuk menjadi lebih baik kedepannya.
            Mahasiswa adalah salah satu harapan suatu bangsa agar bisa berubah ke arah lebih baik.hal ini dikarenakan mahasiswa dianggap memiliki intelek yang cukup bagus dan cara berpikir yang lebih matang, sehingga diharapkan mereka dapat menjadi jembatan antara rakyat dengan pemerintah.Adapunhubunganantaramahasiswaitusendiridenganperguruantinggi, dimana Perlu diketahui bahwasanya dalam sektor modern perguruan tinggi (universitas) dianggap sebagai lembaga paling modern dan pembaruan. Perguruan tinggi ialah sebuah pusat dengan perananya menghasilkan pemimpin yang cocok di masa kini dan mempelopori modernisasi.Eksistensi mahasiswa sebagai generasi muda merupakan ujung tombak harapan bangsa, ia adalah aset berharga untuk masa depan Indonesia. Maka dari itu, untukmenjadibangsa yang berdaulat, berdikari, danunggul, setiapgenerasimudaharusmemilikikarakterPancasila sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya.
           
Perlu diingat bersama bahwasanya Pentingnya pendidikan karakter tidak sebatas untuk menanggapi isu-isu aktual dan dijadikan sebagai komoditas iklan pendidikan, tetapi ada capaian-capaian masa depan.
            Tetapi pada kenyataannya  masih banyak yang tidak peduli atau tidak mengerti dengan apa makna yang dimaksud dari ideologi itu sendiri, hanya pelajaran yang di anggap teori dan tidak di aplikasikan dalam kehidupan. brainsett  itu men-setting  pola pikir mahasiswa yang menjadikan itu sebuah teori sulit dengan rangkaian kata kata yang berat. Memang tidak semua mahasiswa berpikiran demikian. Tetapi lebih banyak juga yang tidak mengerti.
            Apalagi di era sekarang ini, Perkembangan teknologi seakan membawa nilai nilai norma menjadi luntur. Serta membuat pola pikir mahasiswa yang selaku generasi penerus tidak berkembang, hanya sebatas pada perkembangan teknologi. Tetapi pada kenyataannya mental akan pentingnya menanamkan jiwa yang luhur kurang. Dari sekian banyak faktor penyebab tawuran di kalangan mahasiswa. Tawuran banyak disebabkan oleh perbedaan ras, suku maupun ide pemikiran, salah satu penyebab merebaknya tawuran di kalangan mahasiswa juga adalah kuatnya idealisme kelompok yang mereka miliki. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik yang mencetuskan tawuran. memicu bergejolaknya jiwa muda yang di aplikasikan ke segi negatif.
Meski tergolong usia dewasa, ternyata kelompok mahasiswa masih tidak bersih dari aksi kekerasan massal seperti tawuran. Perasaan bahwa kelompok yang diikutinya lebih "besar" dan hebat dari kelompok lain kerap kali mendasari gesekan antarkelompok mahasiswa. Salah satu penyebab tawuran antar mahasiswa yang memakan korban jiwa yaitu karena kurang kesadaran hidup bersama. Padahal, para pendiri bangsa ini telah meletakan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara melalui Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
Begitulah pada kenyataannya, jauh sekali dari apa yang di cita-citakan bangsa Indonesia yang terdapat dalam pancasila. Penerapan akan ideologi pancasila pun sangat minim sekali. Masih banyak terdapat konflik yang memicu mahasiswa melakukan tindakan kekerasan seperti tawuran. Contohnya saja, maraknya fenomena dan masalah tawuran mahasiswa yang diberitakan di televisi. Tawuran mahasiswa yang sering terjadi di perguruan tinggi di Indonesia salah satu contoh kecilnya yaitu perguruan tinggi yang ada di Makassar.
Aksi bentrokan antar mahasiswa di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, membuat sebagian masyarakat tertentu mencibir akan peranan kaum pelajar. Betapa tidak, di tengah-tengah keterpurukan bangsa dan meroketnya biaya penididikan. Kini, hampir setiap hari golongan intelek acapkali berbuat ganjil, mulai dari aksi rusuh, tawuran, kekerasan fisik, penjualan narkoba, seks bebas, aborsi sampai tradisi menghilangkan nyawa orang lain. Seolah-olah melekatnya status mahasiswa tak berbanding lurus dengan kebiasaan tak terpuji saat masih menjadi siswa yaitu budaya tawuran dan adu fisik dalam menyelesaikan segala persoalan yang sedang dihadapainya. “Ini sudah menjadi tradisi rutin”, begitu salah satu kutipan disebuah media suratkabar yang meliput terjadinya tawuran di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan.
Apalagi sebab-sebab tawuran adalah hal-hal yang mungkin sepele bagi sebagian orang. Masalah wanita, masalah saling ejek, hingga masalah kesolidaritasan antar teman. Masalah tersebut bisa memacu api besar yang kemudian membakar solidaritas kolektif.  Contoh lainnya yaitu tertekan oleh tugas perkuliahan, hasrat berorganisasi yang tidak tersalurkan (karena kebijakan dropoutyang kian ketat), serta kurangnya aktivitas kemahasiswaan yang diizinkan pihak kampus, menjadi benih-benih yang menyemai suburnya tradisi tawuran. Ini masih diperparah dengan arogansi pengajar yang merasa sok hebat, serta tiadanya katup-katup yang bisa mencairkan hubungan antar fakultas. Semua memperparah tradisi tawuran.
 Dendam juga merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting sehingga seseorang melakukan tawuran yang bermotif dendam. Dendam ini sangat mendominasiterjadinya konflik yang terjadi di Universitas- Universitas Makassar. Dendam adalah salah satu sikap batin seseorang dalam melakukan pembalasan dan apabila keinginan batin tersebut tidak atau belum terpenuhi akan menimbulkan suatu sikap cemas dalam dirinya. Tawuran yang kerap berakhir dengan baku lempar batu, senjata tajam,hingga aksi perusakan fasilitas kampus, pastinya akan mengkibatkan kerugian materil yang tidak sedikit. Terlebih lagi, tawuran juga menyebabkan korban luka-luka dan bahkan meninggal, padahal pemicunya tidak jarang hanya hal-hal yang sepele. Seharusnya penyelesaian masalah seperti itu tidaklah dengan jalan kekerasan, bisa dengan menyelesaikan masalah tersebut secara baik-baik. Kelakuan seperti itu bisa dibilang primitif, tapi inilah salah satu potret mahasiswa akibat merenggangnya rasa kesolidaritasan.
Penyimpangan-penyimpangan ini terjadi yaitu kurangnya sosialisasi dan tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial. Penyebab tidak berfungsinya lembaga sosial pengendalian sosial yaitu tidak adanya aturan hukum yang memadai, ditinggalkannya pengendalian sosial yang informal, dan adanya tindak penyalahgunaan wewenang untuk melindungi pihak yang bersalah. Akibatnya maka terganggunya keseimbangan sosial, pudarnya nilai dan norma, maraknya tindak kejahatan dan kekerasan, serta krisis sosial dan diintegrasi sosial.
Tindakan antisipasi yang dapat dilakukan untuk mencegah tindakan anarkis tersebut yaitu dengan melakukan pengendalian sosial (sosial control). Ini merupakan alat atau cara yang digunakan secara komprehensif untuk mengatur perilaku mahasiswa agar sesuai dengan aturan, nilai, dan norma sosial. Melalui lembaga-lembaga sosial yang mendasar misalnya saja, keluarga dan agama. Pengendalian yang lebih formal yaitu dilakukan secara sadar dan berkesinambungan untuk membentuk perilaku yaitu melalui pendidikan, adat, kepolisian, pengadilan maupun media masa.
Serta sosialisasi dan implementasi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung dalam pancasila yang hakikatnya merupakan kesatuan moral bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar falsafah negara berarti bahwa moral bangsa telah menjadi moral negara yaitu mengikat negara sekaligus mengandung arti telah menjadi sumber tertib negara dan sumber tertib hukum serta jiwa seluruh kegiatan negara dalam segala aspek kehidupan negara.
Pancasila yang merupakan moral untuk membentuk karakter bangsa, sekaligus mengandung arti sebagai norma. Pancasila sebagai norma terdiri dari lima norma yang tercantum pada lima sila pancasila, yang memiliki unsur-unsur bersama, sehinggga dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia baik yang muda ataupun tua, serta bagi semua suku, adat yang multikultural di Bumi Pertiwi. Pancasila juga sebagai moral pengikat seluruh bangsa Indonesia bahkan sebenarnya seluruh umat manusia karena nilai-nilai moral yang terkandung di dalam pancasila bersifat universal. Seharusnya mahasiswa yang merupakan agen of change harus memahami betul tentang apa yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar