Lunturnya
Jiwa Pancasila di Kehidupan Mahasiswa
Mahasiswa adalah pelajar yang paling tinggi levelnya.
Sebagai seorang pelajar tertinggi, tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab
mereka tinggal menyempurnakan pembelajarannya hingga menjadi manusia
terpelajar. Selain itu mahasiswa juga
adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang
mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri
sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari
identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual,
sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan
maupun sebagai warga bangsa dan negara. Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan.Artinya jika ada sesuatu yang
terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk
merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya. Dengan harapan bahwa suatu hari
mahasiswa dapat menggunakan disiplin ilmunya dalam membantu pembangunan
indonesia untuk menjadi lebih baik kedepannya.
Mahasiswa adalah salah satu harapan suatu bangsa agar bisa berubah ke arah
lebih baik.hal ini dikarenakan mahasiswa dianggap memiliki intelek yang cukup
bagus dan cara berpikir yang lebih matang, sehingga diharapkan mereka dapat
menjadi jembatan antara rakyat dengan pemerintah.Adapunhubunganantaramahasiswaitusendiridenganperguruantinggi,
dimana Perlu diketahui bahwasanya dalam sektor modern
perguruan tinggi (universitas) dianggap sebagai lembaga paling modern dan
pembaruan. Perguruan tinggi ialah sebuah pusat dengan perananya menghasilkan
pemimpin yang cocok di masa kini dan mempelopori modernisasi.Eksistensi
mahasiswa sebagai generasi muda merupakan ujung tombak harapan bangsa, ia
adalah aset berharga untuk masa depan Indonesia. Maka dari itu, untukmenjadibangsa yang
berdaulat, berdikari, danunggul,
setiapgenerasimudaharusmemilikikarakterPancasila sebagaimana
yang telah dipaparkan sebelumnya.
Perlu diingat
bersama bahwasanya Pentingnya pendidikan karakter tidak sebatas untuk
menanggapi isu-isu aktual dan dijadikan sebagai komoditas iklan pendidikan,
tetapi ada capaian-capaian masa depan.
Tetapi pada kenyataannya masih
banyak yang tidak peduli atau tidak mengerti dengan apa makna yang dimaksud
dari ideologi itu sendiri, hanya pelajaran yang di anggap teori dan tidak di
aplikasikan dalam kehidupan. brainsett itu men-setting pola pikir mahasiswa
yang menjadikan itu sebuah teori sulit dengan rangkaian kata kata yang berat.
Memang tidak semua mahasiswa berpikiran demikian. Tetapi lebih banyak juga yang
tidak mengerti.
Apalagi
di era sekarang ini, Perkembangan teknologi seakan membawa nilai nilai norma
menjadi luntur. Serta membuat pola pikir mahasiswa yang selaku generasi penerus
tidak berkembang, hanya sebatas pada perkembangan teknologi. Tetapi pada
kenyataannya mental akan pentingnya menanamkan jiwa yang luhur kurang. Dari
sekian banyak faktor penyebab tawuran di kalangan mahasiswa. Tawuran banyak
disebabkan oleh perbedaan ras, suku maupun ide pemikiran, salah satu penyebab
merebaknya tawuran di kalangan mahasiswa juga adalah kuatnya idealisme kelompok
yang mereka miliki. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik yang mencetuskan
tawuran. memicu bergejolaknya jiwa muda yang di aplikasikan ke segi negatif.
Meski tergolong usia dewasa, ternyata kelompok mahasiswa masih tidak bersih
dari aksi kekerasan massal seperti tawuran. Perasaan bahwa kelompok yang
diikutinya lebih "besar" dan hebat dari kelompok lain kerap kali
mendasari gesekan antarkelompok mahasiswa. Salah satu penyebab tawuran antar
mahasiswa yang memakan korban jiwa yaitu karena kurang kesadaran hidup bersama.
Padahal, para pendiri bangsa ini telah meletakan dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Begitulah pada
kenyataannya, jauh sekali dari apa yang di cita-citakan bangsa Indonesia yang
terdapat dalam pancasila. Penerapan akan ideologi pancasila pun sangat minim
sekali. Masih banyak terdapat konflik yang memicu mahasiswa melakukan tindakan
kekerasan seperti tawuran. Contohnya saja, maraknya fenomena dan masalah
tawuran mahasiswa yang diberitakan di televisi. Tawuran mahasiswa yang sering
terjadi di perguruan tinggi di Indonesia salah satu contoh kecilnya yaitu
perguruan tinggi yang ada di Makassar.
Aksi bentrokan
antar mahasiswa di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, membuat
sebagian masyarakat tertentu mencibir akan peranan kaum pelajar. Betapa tidak,
di tengah-tengah keterpurukan bangsa dan meroketnya biaya penididikan. Kini,
hampir setiap hari golongan intelek acapkali berbuat ganjil, mulai dari aksi
rusuh, tawuran, kekerasan fisik, penjualan narkoba, seks bebas, aborsi sampai
tradisi menghilangkan nyawa orang lain. Seolah-olah melekatnya status mahasiswa
tak berbanding lurus dengan kebiasaan tak terpuji saat masih menjadi siswa
yaitu budaya tawuran dan adu fisik dalam menyelesaikan segala persoalan yang
sedang dihadapainya. “Ini sudah menjadi
tradisi rutin”, begitu salah satu kutipan disebuah media suratkabar yang
meliput terjadinya tawuran di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar,
Sulawesi Selatan.
Apalagi
sebab-sebab tawuran adalah hal-hal yang mungkin sepele bagi sebagian orang.
Masalah wanita, masalah saling ejek, hingga masalah kesolidaritasan antar
teman. Masalah tersebut bisa memacu api besar yang kemudian membakar
solidaritas kolektif. Contoh lainnya
yaitu tertekan oleh tugas perkuliahan, hasrat berorganisasi yang tidak
tersalurkan (karena kebijakan dropoutyang kian ketat), serta kurangnya aktivitas
kemahasiswaan yang diizinkan pihak kampus, menjadi benih-benih yang menyemai
suburnya tradisi tawuran. Ini masih diperparah dengan arogansi pengajar yang
merasa sok hebat, serta tiadanya katup-katup yang bisa mencairkan hubungan
antar fakultas. Semua memperparah tradisi tawuran.
Dendam juga merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting sehingga seseorang melakukan tawuran yang bermotif
dendam. Dendam ini sangat mendominasiterjadinya konflik yang terjadi di
Universitas- Universitas Makassar. Dendam adalah salah satu sikap batin
seseorang dalam melakukan pembalasan dan apabila keinginan batin tersebut tidak
atau belum terpenuhi akan menimbulkan suatu sikap cemas dalam dirinya. Tawuran
yang kerap berakhir dengan baku lempar batu, senjata tajam,hingga aksi
perusakan fasilitas kampus, pastinya akan mengkibatkan kerugian materil yang
tidak sedikit. Terlebih lagi, tawuran juga menyebabkan korban luka-luka dan
bahkan meninggal, padahal pemicunya tidak jarang hanya hal-hal yang sepele.
Seharusnya penyelesaian masalah seperti itu tidaklah dengan jalan kekerasan,
bisa dengan menyelesaikan masalah tersebut secara baik-baik. Kelakuan seperti
itu bisa dibilang primitif, tapi inilah salah satu potret mahasiswa akibat
merenggangnya rasa kesolidaritasan.
Penyimpangan-penyimpangan
ini terjadi yaitu kurangnya sosialisasi dan tidak berfungsinya lembaga
pengendalian sosial. Penyebab tidak berfungsinya lembaga sosial pengendalian
sosial yaitu tidak adanya aturan hukum yang memadai, ditinggalkannya
pengendalian sosial yang informal, dan adanya tindak penyalahgunaan wewenang
untuk melindungi pihak yang bersalah. Akibatnya maka terganggunya keseimbangan
sosial, pudarnya nilai dan norma, maraknya tindak kejahatan dan kekerasan,
serta krisis sosial dan diintegrasi sosial.
Tindakan
antisipasi yang dapat dilakukan untuk mencegah tindakan anarkis tersebut yaitu
dengan melakukan pengendalian sosial (sosial
control). Ini merupakan alat atau cara yang digunakan secara komprehensif
untuk mengatur perilaku mahasiswa agar sesuai dengan aturan, nilai, dan norma
sosial. Melalui lembaga-lembaga sosial yang mendasar misalnya saja, keluarga
dan agama. Pengendalian yang lebih formal yaitu dilakukan secara sadar dan
berkesinambungan untuk membentuk perilaku yaitu melalui pendidikan, adat,
kepolisian, pengadilan maupun media masa.
Serta
sosialisasi dan implementasi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung dalam
pancasila yang hakikatnya merupakan kesatuan moral bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai dasar falsafah negara berarti bahwa moral bangsa telah menjadi moral
negara yaitu mengikat negara sekaligus mengandung arti telah menjadi sumber
tertib negara dan sumber tertib hukum serta jiwa seluruh kegiatan negara dalam
segala aspek kehidupan negara.
Pancasila yang
merupakan moral untuk membentuk karakter bangsa, sekaligus mengandung arti
sebagai norma. Pancasila sebagai norma terdiri dari lima norma yang tercantum
pada lima sila pancasila, yang memiliki unsur-unsur bersama, sehinggga dapat
diterima oleh seluruh rakyat Indonesia baik yang muda ataupun tua, serta bagi
semua suku, adat yang multikultural di Bumi Pertiwi. Pancasila juga sebagai
moral pengikat seluruh bangsa Indonesia bahkan sebenarnya seluruh umat manusia
karena nilai-nilai moral yang terkandung di dalam pancasila bersifat universal.
Seharusnya mahasiswa yang merupakan agen
of change harus memahami betul tentang apa yang terkandung dalam
nilai-nilai Pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar