Minggu, 09 Oktober 2016

Filsafat dalam Arti Cinta Kebijaksanaan (Hikmah)



Filsafat dalam Arti Cinta Kebijaksanaan (Hikmah)

Ini adalah arti detivatif dari kata filsafat. Konon Phytagoras, seorang filsuf Yunani Klasik, mengambil kata “filsafat” dari dua kata berbahasa Yunani, yaitu philo dan shopia. Philo berarti cinta, sedangkan Sophia berarti bijaksana. Jadi, kata philoshopia berarti cinta kepada kebijaksanaan.
Orang-orang Yunani sebelumnya Phytagoras mengartikan kata shopia sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan pelayaran. Kemudian, maknanya berkembang dan digunakan sebagai istilah untuk kecakapan di bidang syair dan musik, juga dapat berarti mereka yang memiliki ketajaman pikiran dan perilaku yang baik. Pada akhirnya, makna ini berkembang lagi dan digunakan untuk menyebut jenis pengetahuan tertinggi, yakni pengetahuan yang bisa mengantarkan kita untuk mengetahui kebenaran murni.
Karena kebijaksanaan (shopia), atau pengetahuan  terhadap kebenaran murni itu merupakan suatu pencapaian yang sulit dilakukan, dimana hanya Allah saja yang mampu melakukannya, maka menurut Phytagoras yang pantas bagi manusia adalah sekedar sebagai “pecinta kebijaksanaan”. Dia menegaskan, “ cukuplah seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hilamah dan berusaha untuk mencapainya” kata “filsafat” kemudian masuk ke dalam bahasa Arab menjadi “falsafah”, dan masuk ke dalam bahasa Inggris menjadi “philoshopy”. Sepanjang sejarahnya, “filsafat” menjadi saksi dari kerendahan hati para filsuf yang tidak mengklaim diri mereka sebagai orang yang mampu mngetahui segala-galanya, melainkan sekedar sebagai para pencari dan pecinta kebijaksanaan (hikmah).
Pencarian pengetahuan tentang kebenaran murni menuntut usaha yang serius dan kerja yang terus menerus. Oleh karena itu, filasfat terkait erat dengan pengamatan dan pemikiran rasional.
Dengan demikian, seorang filsuf dalam istilah Plato adalah “ orang yang sadar (terjaga) dan membuka pandangannya terhadap segala hal yang ada di alam eksistensi sambil berusaha untuk memahaminya, sementara orang lain menghabiskan hidupnya dalam keadaan tertidur.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar