HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN LOGIKA
Secara terminology, filsafat ilmu adalah
refleksi filsafati yang tidak pernah mengenal titik henti dalam menjelajahi
kawasan ilmiah untuk mencapai kebenaran atau kenyataan, sesuatu yang memang
tidak pernah habis difikirkan dan tidak pernah akan selesai diterangkan. Dengan
kata lain filsafat ilmu adalah refleksi yang mengakar tentang prinsip-prinsip
ilmu atau hakikat ilmu. Prinsip ilmu adalah sebaba funcamental dan kebenaran
universal yang lengket di dalam ilmu, yang pada akhirnya memberikan jawaban
tentang keberadaan ilmu.
Sedangkan menurut the Liang Gie,
filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan
menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan
pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan. Dengan demikian filsafat
ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang mengkaji dasar dan hakekat ilmu
untuk mencapai kebenaran dan kenyataan yang tidak akan habis difikirkan dan
tidak selesai diterangkan.
Filsafat ilmu memberikan kerangka
dasar dalam berolah ilmu agar proses dan produk keilmuan yang dihasilkan tidak
bertentangan dengan kaidah-kaidah moral, etika dan kesusilaan.
Logika berasal dari bahasa Yunani, dari kata sifat "logike" yang
berhubungan dengan kata benda "logos" yang berarti 'perkataan' atau
'kata' sebagai manifestasi dari ikiran manusia. Dengan demikian terdapatlah
suatu jalinan yang kuat antara pikiran dan kata yang dimanifestasikan dalam
bahasa. Secara etimologis dapatlah diartikan bahwa logika itu adalah ilmu yang
mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
Logika adalah ilmu yang merumuskan
tentang hukum-hukum, asas-asas, aturan-aturan atau kaidah-kaidah tentang
berpikir yang harus ditaati supaya kita dapat berpikir tepat dan mencapai
kebenaran. Atau dapat pula didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari aktivitas akal atau rasio manusia dipandang dari segi benar atau
salah. Dari sini dapat diketahui bahwa tugas logika adalah memberikan
penerangan bagaimana orang seharusnya berpikir, dan obyek forma logika adalah
mencari jawaban tentang bagaimana manusia dapat berpikir dengan semestinya.
Dari definisi tersebut di atas, maka
dapat diketahui bahwa, dilihat dari metodenya dapat dibedakan atas logika
tradisional dan logika modern. Logika tradisional adalah logika Aristiteles,
dan logika dari logika logikus yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti
sistem logika Aristoteles. Para logikus sesudah Aristoteles tidak membuat
perubahan atau mencipta sistem baru dalam logika kecuali hanya membuat komentar
yang menjadikan logika Aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadakan
perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari logika Aristoteles.
Logika modern tumbuh dan dimulai pada abad VIII. Mulai abad ini ditemukan
sistem baru, metode baru yang berlain dengan sistem logika Aristoteles.
Apabila logika tersebut dilihat dari obyeknya akan dikenal sebagai logika
formal dan logika material. Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi dua
bentuk yang berbeda, yakni cara berfikir dari umum ke khusus dan cara berfikir
dari khusus ke umum. Cara pertama disebut berfikir deduktif dipergunakan dalam
logika formal yang mempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya
pertetangan) dalam pemikiran dengan mempergunakan hukum-hukum, rumus-rumus,
patokan-patokan berfikir benar. Cara berfikir induktif dipergunakan dalam
logika material, yang mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan
kenyataan. Ia menilai hasil pekerjaan logika formal dan menguji benar tidaknya
dengan kenyataan empiris. Cabang logika formal disebut juga logika minor,
logika materia disebut logika mayor. Hal inilah yang merupakan inti daripada
logika
Proses berfikir yang ada pada diri
manusia adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin dengan manifestasinya
adalah mempertimbangkan merenungkan, menganalisis, menunjukan alasan-alasan,
membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan,
meneliti sesuatu jalan fikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara realitas
dan sebagainya.
Dengan berpikir, merupakan suatu
bentuk kegiatan akal atau rasio manusia dengan mana pengetahuan yang kita
terima melalui panca indera diolah dan ditujuaan untuk mencapai suatu
kebenaran.
Aktivitas berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin dengan
manifestasinya yaitu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, manunjukkan
alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolang-golongkan,
membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalam pikiran, mecari
kausalitasnya, mebahas secara realitas dan lain-lain.
Di dalam aktivitas berpikir itulah
ditunjukkan dalam logika wawasan berpikir yang tepat atau ketepatan
pemikrian/kebenaran berpikir yang sesuai dengan penggarisan logika yang disebut
berpikir logis.
Agar supaya pemikiran dan penalaran
kita dapat berdaya guna dengan membuahkan kesimpulan-kesimpulan yang benar,
valid dan sahih, ada 3 syarat pokok yang harus dipenuhi : 1) pemikiran haruslah
berpangkal pada kenyataan atau kebenaran, 2) alasan-alasan yang dikemukakan
haruslah tepat dan kuat, 3) jalan pikiran haruslah logis.
Berkaitan dengan hal tersebut,
logika dapat disistematisasikan menjadi beberapa golongan tergantung dari mana
kita meninjuanya. Dilihat dari segi kualitasnya, logika dapat dibedakan menjadi
logika naturalis, yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akan bawaan
manusia. Akal manusia yang normal dapat bekerja secara spontan sesuai dengan
hukum-hukum logika dasar. Bagaimanapun rendahnya intelegensi seseorang ia dapat
membedakan bahwa sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu yang lain, dan bahwa
dua kenyataan yang bertetangan tidaklah sama.
Kemampuan berlogika naturalis pada
tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung dari tingkatan pengetahuannnya. Kita
dapati para ahli pidato politikus dan mereka yang terbiasa bertukar pikiran
dapat mengutarakan jalan pikiran dengan logis, meskipun barangkali mereka belum
pernah membuka buku logika sekalipun. Tetapi dalam menghadapi yang rumit dan
dalam berfikir manusia banyak dipengaruhi oleh kecenderungan pribadi, disamping
bahwa pengetahuan manusia terbatas mengakibatkan tidak mungkin terhindar dari
kesalahan. Untuk mengatasi kenytaan yang tidak dapat ditanggulangi oleh logika
naturalis, manusia menyususn hukum-hukum, patokan-patokan, rumus-rumus berfikir
lurus. Logika ini disebut logika artifisialis atau logika ilmia yang bertugas
membantu logika naturalis. Logika ini memperluas, mempertajam serta menunjukkan
jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman
sehingga tercapai tujuan dari apa yang diinginkan.
Dari hal tersebut di atas, dapat
diketahui bahwa logika adalah salah satu cabang atau bagian dari filsafat ilmu
yang mempelajari tentang aktivitas akal atau rasio manusia dipandang dari segi
benar atau salah. Atau dengan kata lain, filsafat ilmu sebagai penopang dalam
kerangka menggunakan rasio guna berpikir agar suapaya tidak bertentangan dengan
kaidah-kaidah etika, moral dan kesusialaan. Dengan kata lain hubungan filsafat
ilmu dengan logika adalah filsafat ilmu sebagai tolak ukur atau alat penilaian
dari proses menggunakan rasio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar