Sabtu, 26 November 2016

INTELEKTUAL DALAM SUDUT PANDANG ISLAM

INTELEKTUAL DALAM SUDUT PANDANG ISLAM
Islam sebagi agama wahyu mengandung segenap ajaran-ajaran yang bersifat universal dan eternal serta mencakup seluruh aspek kehidupan. Dengan ajaran-ajaran tersebut Islam menuntut umatnya untuk meningkatkan harkat dan martabatnya agar memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Dengan demikian ajaran Islam sarat dengan nilai-nilai intelektual dan spiritualitas. 
 a.      Memahami  Makna Intelektual
Intelektual merupakan sebuah istilah yang disandangkan bagi orang-orang yang cerdas, berakal, berilmu pengetahuan tinggi, taat kepada agama serta kritis dalam menanggapi persoalan-persoalan sosial. Istilah intelektual memiliki makna yang hampir sama  dengan cendekiawan. Cendikiawan dapat diartikan sebagai orang cerdik dan pandai yang memiliki sikap hidup yang terus menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk mendapatkan pengetahuan atau memahami sesuatu.
Seorang intelektual adalah seorang yang kreatif, yang selalu berusaha mencari kemungkinan yang baru yang mungkin lebih baik dari hasil yang sudah ada. Dengan demikian, pengertian intelektual merupakan pengertian sikap hidup, bukan hanya sekedar pengetian dalam dunia pendidikan, meski sebenarnya antara dunia pendidikan yang tinggi dan sikap hidup seorang intelektual terdapat korelasi yang tinggi (semakin banyak pengetahuan seseorang, semakin dia merasa bahwa masih banyak hal-hal yang belum ia ketahuai).
 Dengan demikian, Para  intelektual adalah mereka yang terlibat secara kritis dengan nilai, tujuan dan cita-cita, yang mengatasi kebutuhan-kebutuhan praktis, baik yang berhubungan dengan agama maupun yang berhubungan dengan urusan duniawi. Maksudnya, intelektual adalah orang yang menggarap sekaligus mengkabolarasi antara teori dengan operasionalnya berdasarkan gagasan-gagasan normatif. Kaum intelektual adalah mereka yang berusaha membentuk lingkungan dan masyarakatnya dengan gagasan-gagasan analisis dan normative serta mewujudkan  keadilan, kebebasan, dan kemajuan masyarakatnya.
Seoarang Nabipun, disamping sebagai manusia pilihan yang disucikan juga sebagai individu yang merupakan bagian dari kaumnya yang berupaya dan berperan dalam membuka keran-keran ruang kebebasan dan mengupayakan kemajuan. Nabi, disamping sebagai utusan juga merupakan seorang intelektual yang peduli dan berjuang untuk memperbaiki aturan lama dan mempromosikan aturan dan tatanan hidup baru yang lebih relevan dengan konteks zaman, beliau berhasil membuka mata dunia, menyebarkan ide-ide baru yang tauhidi untuk melakukan perubahan demi terwjudnya kesejahtraan. 
               b. Al-Qur’an dan Al-Sunnah Sebagai Sumber dan Pendorong Intelektualitas
Umat islam percaya bahwa Al-qur’an dan al-Sunnah merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas islam. Al-qur’an bukan hanya basis bagi agama dan pengetahuan spiritual, tapi juga bagi semua jenis ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi pandangan umat islam tentang keterpaduan sains dan pengetahuan spiritual. Gagasan keterpaduan ini merupakan kosekuensi dari gagasan keterpaduan semua jenis pengetahuan yang belakangan ini pada gilirannya diturunkan dari prinsip keesaan Tuhan yang diterapkan  pada wilayah pengetahuan manusia.
Al-Quran yang merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad menyimpan segudang ilmu pengetahua serta lengkap dengan solusi perihal kehidupan duniawi. Ayat  pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah iqra’. Wahyu pertama ini menjelaskan dan menghendaki umatnya untuk membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ yang berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah maupun diri sendiri, baik yang tertulis maupun yang tidak.
Dengan demikian jelas bahwa al-Qur’an (Allah) sangat menjunjung tinggi terhadap aspek ilmu pengetahuan dan intelektualitas. Kenapa intelektualitas? Karna  pengembangan aspek intelektualitas bisa menjadikan umat yang maju, berperadaban dan tauhidi. Ini telah terbukti dalam sejarah kehidupan umat Islam, dimana dengan intelektualitasnya, umat Islam mampu merubah peradaban manusia dari kebobrokan moral dan kegelapan intelektual menuju kepada peradaban tinggi yang sesuai dengan petunjuk Sang Ilahi. Dengan memaksimalkan fungsi akal, sehingga dunia Islam telah berhasil menciptakan para ilmuawan, kaum intelektual dan cendekiawan, sehingga menjadikan Islam sebagai center peradaban dunia.   
Dalam Al-qur’an, banyak terdapat ayat-ayat yang bisa menjadi inspirasi dan motivasi pikiran kita untuk menjadi seorang yang intelek, banyak ayat-ayat yang menekankan agar manusia mau menggunakan akalnya untuk memikirkan kebesaran dan ke-Esaan Tuhannya yang termanivestasi di alam semesta ini. Seperti ayat-ayat yang mengandung seruan, tidakkah kalian memikirkan?, tidakkah kalian berfikir? tidakkah kalian perhatikan? Tidakkah mereka memerhatikan?  Ungkapan itu semua merupakan sebuah perintah penggunaan akal yang bisa dijadikan sebagai motivasi awal untuk menjadi seorang intelektual.
Dalam al-Qur’an, kata yang senada dengan intelektual diistilahkan dengan kata Ulul Albab. Istilah ini khusus dipakai al-Qur’an untuk menyebut sekelompok manusia pilihan semacam intelektual. Ulul al-bab adalah mereka yang hatinya selalu terhubung dengan al-Qur’an dan mereka melihat lebih jauh dari apa yang telah dilakukan oleh para ilmuan biasa, yaitu mereka melihatnya dengan bahasa iman yang khusyu’.
       c. Keharusan Menuntut Ilmu
          Allah telah menciptakan fitrah yang bersih dan mulia dalam diri manusia, lalu melengkapinya dengan bakat dan sarana yang baik yang memungkinkan manusia mengetahui kenyataan-kenyataan besar dialam raya ini melalui ilmu yang dimiliki. Allah menganugrahi akal pada diri manusia, menobatkannya sebagi khalifah dimuka bumi serta mengilhami ilmu untuk dapat menjaga keseimbangan alam.
Dalam pandangan al-Qur’an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.[1][3]
          Islam yang merupakan agama tauhid yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadis  memberikan pandangan koprehensif dan metode terpadu yang tidak memisahkan antara ilmu alam fisika dan alam metafiska, atau antara ilmu yang bersifat parsial dan tujuan ilmu itu sendiri yang bersifat universal. Oleh karena itu, menuntut ilmu menjadi suatu keharusan bagi umat islam agar mampu menjaga keseimbangan dengan sesama makhluk, alam dan Tuhannya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar