Ketergantungan Historis Manusia
Kebudayaan
itu lahir bersamaan dengan proses evolusi manusia, berubah, berkembang,
menyusut, berganti dalam aras temporal baik secara sinkron maupun diakron.
Manusia sebagai subjeknya itu juga lahir, tumbuh dan sirna, ganti berganti
dalam konteks temmporal. Kendati begitu manusia menanggapi proses itu secara
sadar, amat berlainan dengan makhluk sub-human.
Karena
itu agak aneh jika Cassirer menyatakan kesadaran historis merupakan peradaban manusia yang
tergolong sangat maju, sambil dia sendiri yang menyatakan bahwa juga manusia
primitif memiliki kesadaran tentang leluhur dan masa lalunya. Manusia hipotetis
pertama yang hidup dari berburu dan tidak tahu menulis tidaklah bisa kita
katakan sebagai tidak punya perspektif historis, kendati perspektif historis mereka
memang jauh lebih terbatas dan berbeda dimensi dari perspektif kita manusia
‘modern’.
Thukydides
misalnya diakui luas sebagai tokoh pertama yang berusaha memotret sejarah
secara objektif. Kendati dalam kenyataanya karyanya itu sarat dengan imajinasinya
sendiri tentang perang. Usaha yang sama sebenarnya juga dilakukan dalam
berbagai lingkungan kebudayaan dengan berbagai cara dan gaya.
Manusia
tidak akan berhasil bertahan sebagai subjek jika dia tidak berhasil mengatasi
persoalan itu dalam kerangka sejarah. Dalam kenyataanya dia telah menjadikan
kebudayaan sebagai jembatan sejarah untuk menghubungkan berbagai jarak
eksistensial dalam kerangka bertahan sebagai subjek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar