Sabtu, 26 November 2016

Ketergantungan Historis Manusia

Ketergantungan Historis Manusia
Kebudayaan itu lahir bersamaan dengan proses evolusi manusia, berubah, berkembang, menyusut, berganti dalam aras temporal baik secara sinkron maupun diakron. Manusia sebagai subjeknya itu juga lahir, tumbuh dan sirna, ganti berganti dalam konteks temmporal. Kendati begitu manusia menanggapi proses itu secara sadar, amat berlainan dengan makhluk sub-human.
Karena itu agak aneh jika Cassirer menyatakan kesadaran  historis merupakan peradaban manusia yang tergolong sangat maju, sambil dia sendiri yang menyatakan bahwa juga manusia primitif memiliki kesadaran tentang leluhur dan masa lalunya. Manusia hipotetis pertama yang hidup dari berburu dan tidak tahu menulis tidaklah bisa kita katakan sebagai tidak punya perspektif historis, kendati perspektif historis mereka memang jauh lebih terbatas dan berbeda dimensi dari perspektif kita manusia ‘modern’.
Thukydides misalnya diakui luas sebagai tokoh pertama yang berusaha memotret sejarah secara objektif. Kendati dalam kenyataanya karyanya itu sarat dengan imajinasinya sendiri tentang perang. Usaha yang sama sebenarnya juga dilakukan dalam berbagai lingkungan kebudayaan dengan berbagai cara dan gaya.

Manusia tidak akan berhasil bertahan sebagai subjek jika dia tidak berhasil mengatasi persoalan itu dalam kerangka sejarah. Dalam kenyataanya dia telah menjadikan kebudayaan sebagai jembatan sejarah untuk menghubungkan berbagai jarak eksistensial dalam kerangka bertahan sebagai subjek. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar