Sabtu, 26 November 2016

LANGKAH-LANGKAH MENJADI MUSLIM YANG INTELEK

LANGKAH-LANGKAH MENJADI MUSLIM YANG INTELEK
   a. Membangun Strategi
        Strategi merupakan suatu cara yang disusun untuk memuluskan pihak terkait dari batu hambatan pertarungan.  Menyusun strategi tidak hanya berlaku untuk perang ataupun sepak bola, tetapi berlaku dimana saja dalam sebuah pertarungan, tidak terlepas dalam prosesi belajar. Dalam upaya menjadi seorang muslim yang intelek ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, langkah utama yang harus ditempuh tidak hanya sebatas melalui disiplin-disiplin akademik dalam arti perkuliahan (co-curiculer). Dalam persoaalan ini, semua pihak terkait haruslah berpikir strategis dan dinamis untuk memadukan kedua unsure penting tersebut dalam membentuk character building yang intelek. Ini berarti bahwa pembinaan seseorang untuk melangkah menjadi intelektual disamping dilakukan dengan kulyah-kulyah resmi harus pula dilakukan diluar jam-jam kulyah, seperti bergabung dengan grup-grup diskusi dan komunitas intelek lainnya.
1.      Membangun Pola Pikir Yang Islami
        Salah satu tolak ukur seorang intlektual adalah terletak pada akalnya, akal sangat berperan dalam membentuk pribadi seseorang yang intelek. Akal adalah gerbang dan dasar pembentuk karakter seseorang pribadi yang islami, Pola pikir islami juga harus dibangun dalam diri seorang muslim. Semua alur berpikir seorang muslim harus mengarah dan bersumber pada satu sumber yaitu kebenaran dari Allah swt.
        Dalam Islam, akal diartikan sebagai daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia; daya, yang sebagai digambarkan dalam Al-Qur’an adalah memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Akal dalam pengertian inilah yang dikonstruksi dalam Islam dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia, yaitu dari Tuhan.
2.      Membangun Kepribadian yang Islami
        Menjadi pribadi yang Islami merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam agama Islam. Hal ini karena Islam itu tidak hanya ajaran normatif yang hanya diyakini dan dipahami tanpa diwujudkan dalam kehidupan nyata, tapi Islam memadukan dua hal antara keyakinan dan aplikasi, antara norma dan perbuatan, antara keimanan dan amal saleh. Oleh sebab itulah ajaran yang diyakini dalam Islam harus tercermin dalam setiap tingkah laku, perbuatan dan sikap insan yang islami.
         b. Membangun Motivasi Keilmuan
Menjadi seorang intelektual bukanlah perkara yang mudah, ia tidak memada dengan menyandan gelar sarjana tapi memerlukan usaha dan pengorbanan yang luar biasa, memiliki semangat keilmuan yang tinggi dan peka terhadap problem-problem sosial. Untuk menggenggam predikat intelektual, seseorang harus mampu menggunakan ilmu dan ketajaman fikirannya untuk mengkaji, menganalis serta merumuskan segala perkara dalam kehidupan masyarakat.
Untuk menjadi seorang intelektual, seseorang harus memilik motivasi keilmuan yang tinggi, karna motivasi merupakan bahan baku dan substansi  yang diperlukan manusia dalam menempuh perjalanan hidupnya. Ia adalah kristalisasi formula-formula visi dan misi, serta orientasi yang terpadu dan terintegrasi secara sempurna, selanjutnya motivasi tersebut akan menjadi muatan inti dari niat seseorang dalam melakukan dan memformat bentuk, jenis, dan dimensi keilmuan.
Dengan dasar motivasi ini, kita harus menjadi yang terbaik karna Islam sebagai konsep dan jalan hidup kita berada pada posisi terluhur dalam segala dimensinya. Dan kita sebagai umat Islam harus mampu berada pada setiap dimensi itu dengan menguasai ilmu pengetahuan sebagai sandaran intelektualitasnya, kepercayaan dan keyakinan sebagi spiritualitasnya dan prilaku sebagai moralitasnya.
Setiap muslim yang mukallaf pasti memiliki potensi akal, nalar, hati nurani dan intuisi, potensi ini apabila digunakan secara efektif, yakinlah bahwa kepribadian yang intelek akan terbantuk, hanya saja tinggal memaksimalkan dalam penguasaan ilmu pengetahuan baik yang teoritis maupun ilmu-ilmu yang bersifat praktis. Untuk dapat menguasai ilmu-ilmu tersebut kita harus terbuka dengan dunia pendidikan baik formal maupun informal, terbuka dengan sejumlah informasi sepanjang kehidupan kita, baik itu informasi aktif  yang memberikan rumusan dan kesimpulan, seperti guru, orang tua maupun teman-teman, dan kita juga harus terbuka dengan informasi pasif yang membutuhkan rumusan dari kita sendiri dengan bantuan informasi aktif. Informasi-informasi semacam ini sangat dibutuhkan dalam menguasai ilmu pengetahuan serta bisa mempengaruhi pemikiran, perasaan dan prilaku kita untuk bergabung dengan kaum intelektual.
         c. Membentuk Unsur-Unsur Kepribadian Yang Intelek dan Islami
    Dalam Islam, Seorang intelektual dikenal tidak hanya aktif dalam berfikir, menguasai ilmu pengetahuan, kritis dalam menanggapi persoalan sosial, akan tetapi seorang intelektual muslim itu juga dihitung dari segi keimanannya dan tingkat amal shalehnya. Maka oleh karna itu, seseorang yang ingin mempersiapkan diri untuk menjadi seorang intelektual harus mampu memperlihatkan sikap kepribadiannya yang yang islami, aktif dan benar-benar komit dengan keislamannya. Setidaknya ada tiga aspek yang mendukung seseorang untuk bisa bergabung dengan kaum intelektual, yaitu komit dengan keimanannya, aktif dalam menggunakan akalnya dan kuat tingkat amal shalehnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar