Sabtu, 26 November 2016

Bagaimana Cara Meneladani Akhlak Rasulullah saw dalam Konteks kekinian?

Bagaimana Cara Meneladani Akhlak Rasulullah saw dalam Konteks kekinian?
Bangsa ini tidak hanya ditimpa krisis ekonomi yang berkepanjangan, tapi juga ditimpa krisis akhlak. Merajalelanya kemaksiatan dan tingginya tingkat kriminalitas adalah bukti bahwa bangsa ini mengidap dekadensi moral yang akut. Parahnya, gejala ini tidak menimpa masyarakat kalangan bawah, tapi juga menimpa para pemimpin bangsa dan tokoh agama. Tingginya tingkat korupsi dan kolusi, yang tidak hanya dilakukan oleh para birokrat tapi juga para tokoh agama, membuat masyarakat kehilangan panutan sehingga lahiriah krisi keteladanan. Karena itu, bangsa ini yang berpenduduk mayoritas muslim perlu bercermin kepada akhlak rasulullah saw agar bangsa ini sehat dan masyarakat menjadi makmur dan sejahtera.
Indahnya akhlak rasulullah dikenang hingga kini diseluruh jagad oleh miliaran manusia, bukan saja karena ajaran keagamaan yang diembannya, melainkan terutama karena kemuliaan akhlak yang dimilikinya. Ketika kaum musyrikin itu melemparinya dengan kotoran unta, rasulullah sam membalasnya dengan doa untuk kebaikan mereka, dalam hadist Riwayat Aisyah RA disebutkan, akhlak rasulullah saw adalah Al-Quran
Jadi apa yang dipraktikan rasulullah saw sehari-hari merupakan ajaran-ajaran Al-Quran itu sendiri dan mencirikan makna sejati Islam yang cinta damai. Keluruhan akhlak dan budi pekerti rasulullah saw tidak hanya diakui oleh orang sezaman dengannya, sampai saat inipun banyak yang memuji keluruhan akhlak beliau, termasuk orang-orang non muslim. Bahkan Allah SWT menyebut beliau sebagai teladan yang baik (QS. Al- Ahzab 33:21) itulah yang menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai manusia paripurna (al-insan al-kamil).
Beliau meninggalkan tiga hal yaitu riya, boros dan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah saw juga tidak pernah mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan orang lain, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat dan berpahala. Kalau beliau berbicara, maka yang lain diam menunduk seperti ada burung diatas kepalanya, tidak pernah disela atau dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan sabar menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera member apa-apa yang diperlukan orang yang tertimpa kekusahan, tidak menerima pujian kecuali dari yang pernah lembut dan sopan, tapi kita menampilkan wajah yang garang nan sangar. Rasulullah sa adalah orang yang pemaaf, tapi kita malah menjadi umat yang sering marah-marah. Bukankan ini bertentangan secara diametral dengan akhlak rasulullah saw !! Para pemimpin umat dan para ulama pun didapati gejala serupa. Para pemimpin sibuk mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara dari pada memikirkan kepentingan umat. Bersilat lidah dan bermain-main dengan kebohongan bukanlah hal yang baru bagi mereka. sementara para ulama yang kritis atas perilaku pemimpin umat bisa dihitung dengan jari. Banyak dari mereka malah ikut menceburkan diri dalam euphoria politik praktis. Menjadi “kutu loncat” dari satu partai ke partai lain atau membentuk partai baru bila ambisinya tidak terakomodir adalah hal yang biasa. Bukankan semua ini menunjukan bahwa cinta umat islam kepada rasulullah saw baru sebatas ucapan bibir belaka. Menurut imam Al- Ghazali, akhlak bisa diubah dan diperbaiki karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya dalam proses menjadi sempurna.
Oleh sebab itu ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta perbaikan. Ibnu Maskawaih, dalam buku Tahdzub al– Akhlaq mengusulkan metode perbaikan akhlak melalui 5 cara :
1.    Mencari teman yang baik, Banyak orang terlibat tindak kejahatan karena faktor pertemanan.
2.    Olah pikir, Kegiatan ini perlu untuk kesehatan jiwa, sama dengan olahraga untuk kesehatan tubuh.
3.    Menjaga kesucian, kehormatan diri dengan tidak mengikuti dorongan nafsu
4.    Menjaga konsistensi antara rencana baik dan tindakan
5.    Meningkatkan kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-kelemahan diri.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar