Bagaimana Cara Meneladani Akhlak Rasulullah saw dalam
Konteks kekinian?
Bangsa ini tidak hanya
ditimpa krisis ekonomi yang berkepanjangan, tapi juga ditimpa krisis akhlak.
Merajalelanya kemaksiatan dan tingginya tingkat kriminalitas adalah bukti bahwa
bangsa ini mengidap dekadensi moral yang akut. Parahnya, gejala ini tidak
menimpa masyarakat kalangan bawah, tapi juga menimpa para pemimpin bangsa dan
tokoh agama. Tingginya tingkat korupsi dan kolusi, yang tidak hanya dilakukan
oleh para birokrat tapi juga para tokoh agama, membuat masyarakat kehilangan
panutan sehingga lahiriah krisi keteladanan. Karena itu, bangsa ini yang
berpenduduk mayoritas muslim perlu bercermin kepada akhlak rasulullah saw agar
bangsa ini sehat dan masyarakat menjadi makmur dan sejahtera.
Indahnya akhlak
rasulullah dikenang hingga kini diseluruh jagad oleh miliaran manusia, bukan
saja karena ajaran keagamaan yang diembannya, melainkan terutama karena
kemuliaan akhlak yang dimilikinya. Ketika kaum musyrikin itu melemparinya
dengan kotoran unta, rasulullah sam membalasnya dengan doa untuk kebaikan
mereka, dalam hadist Riwayat Aisyah RA disebutkan, akhlak rasulullah saw adalah
Al-Quran
Jadi apa yang
dipraktikan rasulullah saw sehari-hari merupakan ajaran-ajaran Al-Quran itu
sendiri dan mencirikan makna
sejati Islam yang cinta damai.
Keluruhan akhlak dan budi pekerti rasulullah saw tidak hanya diakui oleh orang
sezaman dengannya, sampai saat inipun banyak yang memuji keluruhan akhlak
beliau, termasuk orang-orang non muslim. Bahkan Allah SWT menyebut beliau
sebagai teladan yang baik (QS. Al- Ahzab 33:21) itulah yang menjadikan Nabi
Muhammad saw sebagai manusia paripurna (al-insan al-kamil).
Beliau meninggalkan tiga hal yaitu riya, boros dan sesuatu yang
tidak berguna. Rasulullah saw juga tidak pernah mencaci seseorang dan menegur
karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan orang lain, tidak berbicara
kecuali yang bermanfaat dan berpahala. Kalau beliau berbicara, maka yang lain
diam menunduk seperti ada burung diatas kepalanya, tidak pernah disela atau
dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya, tertawa
bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan sabar
menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera member apa-apa yang diperlukan
orang yang tertimpa kekusahan, tidak menerima pujian kecuali dari yang pernah
lembut dan sopan, tapi kita menampilkan wajah yang garang nan sangar.
Rasulullah sa adalah orang yang pemaaf, tapi kita malah menjadi umat yang
sering marah-marah. Bukankan ini bertentangan secara diametral dengan akhlak
rasulullah saw !! Para pemimpin umat dan para ulama pun didapati gejala serupa.
Para pemimpin sibuk mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara dari pada
memikirkan kepentingan umat. Bersilat lidah dan bermain-main dengan kebohongan
bukanlah hal yang baru bagi mereka. sementara para ulama yang kritis atas
perilaku pemimpin umat bisa dihitung dengan jari. Banyak dari mereka malah ikut
menceburkan diri dalam euphoria politik praktis. Menjadi “kutu loncat” dari
satu partai ke partai lain atau membentuk partai baru bila ambisinya tidak
terakomodir adalah hal yang biasa. Bukankan semua ini menunjukan bahwa cinta
umat islam kepada rasulullah saw baru sebatas ucapan bibir belaka. Menurut imam
Al- Ghazali, akhlak bisa diubah dan diperbaiki karena jiwa manusia diciptakan
sempurna atau lebih tepatnya dalam proses menjadi sempurna.
Oleh sebab itu ia
selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta perbaikan. Ibnu
Maskawaih, dalam buku Tahdzub al– Akhlaq mengusulkan
metode perbaikan akhlak melalui 5 cara :
1.
Mencari
teman yang baik, Banyak orang terlibat tindak kejahatan karena faktor
pertemanan.
2.
Olah
pikir, Kegiatan ini perlu untuk kesehatan jiwa, sama dengan olahraga untuk
kesehatan tubuh.
3.
Menjaga
kesucian, kehormatan diri dengan tidak mengikuti dorongan nafsu
4.
Menjaga
konsistensi antara rencana baik dan tindakan
5.
Meningkatkan
kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-kelemahan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar