Arti ‘Memahami’
Bila
seorang sejarawa merekonstruksi suatu peristiwa, berarti ia mencoba
‘menghidupkannya kembali’ . inilah alasan Dilthey menyatakan bahwa pemahaman
adala “penemuan atas diri saya didalam diri anda”. Ini berarti pula bahwa
seorang sejarawan membaca dirinya sendiri dalam objek penelitiannya.
Lalu dimana
letak perbedaan antara “menerangkan” dan “memahami” ? Dilthey menjawab:
“kita
menerangkan berarti kita membuat proses intelektual murni, tetapi kita memahami
berarti menggabungkan semua daya pikiran kita dalam pengertian. Dan dalam
memahami, kita mengikuti proses mulai dari sistem keseluruhan yang kita terima
di dalam pengalaman hidup sehingga dapa kita mengerti, sampai ke pemahaman
terhadap diri kita sendiri.”
Jadi,
proses menerangkan menggunakan sarana-sarana objektif seperti yang dilakukan
oleh pakar sains yang menggunakan termometer, barometer dan peralatan lainnya.
Sains menerangkan fenomena alam dengan cara yang objektif. Tetapi “proses
memahami” mendayagunakan kemampuan-kemampuan akal pikiran setiap individu
sebagaimana ‘pengalaman yang hidup’ individu tersebut, atau prosesnya mulai
dari totalitas kehidupan sampai peristiwa atau person khusus. Pemahan adalah
proses dimana kehidupan mental menjadi diketahui melalui ungkapannya yang
ditangkap oleh pancaindera kita. Tanpa unkapan, kehidupan mental kita tidak
mungkin kia ketahui. Bila kehidupan mental ini tidak terjangkau oleh
sarana-sarana objektif, maka besar kemungkinannya subjektivitas masuk dalam
pemahaman terhadap kehidupan mental tersebut.
Proses
pemahamn ini terbagi atas dua bagian yang berhubungan dengan rangkaian
peristiwa dalam proses kehidupan secara berbeda satu sama lain. Pertama,
pengalaman yang hidup menimbulkan ungkapannya. Bila kita menyelidiki ungkapan
dengan mundur ke pengalaman, ini berarti kita melakukan proses hubungan
akibat-sebab. Kedua, dalam proses menghidupkan kembali atau rekostruksi
berbagai peristiw, dimana orang dapat melihat kelanjutan peristiwa tersebut
sehingga ia bisa ambil bagian di dalamnya, maka ia melakukan proses hubungan
sebab-akibat. Bagian yang kedua ini merupakan epitomae atau ikhtisar pemahaman. Kita akan mampu memahami hanya
apabila kita mampu memutar balik proseskaussal dari akibat-sebab ke
sebab-akiabat. Namun kedua bagian ini tidak terpisahkan satu dari yang lainnya.
Sebab dalam proses pemahaman itu sendiri, akal pikiran kita mengambil alih timbul
tenggelamnya sebab dan akibat dalam rangkaian penyebaban. Dalam kelangsungan
waktu, baik masa lalu maupun masa mendatang transeden terhadap momen yang penuh
dengan pengalaman. Ini bisa terjadi sebagai akibat dari “keterhubungan hidup”.
Bila momen sejarah ambil bagian, maka tidak ada alur waktu yang terputus. Tiga
kerangka waktu, yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang seakan hadi
secara bersama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar