Sabtu, 03 Desember 2016

Arti ‘Memahami’

Arti ‘Memahami’
Bila seorang sejarawa merekonstruksi suatu peristiwa, berarti ia mencoba ‘menghidupkannya kembali’ . inilah alasan Dilthey menyatakan bahwa pemahaman adala “penemuan atas diri saya didalam diri anda”. Ini berarti pula bahwa seorang sejarawan membaca dirinya sendiri dalam objek penelitiannya.
Lalu dimana letak perbedaan antara “menerangkan” dan “memahami” ? Dilthey menjawab:
“kita menerangkan berarti kita membuat proses intelektual murni, tetapi kita memahami berarti menggabungkan semua daya pikiran kita dalam pengertian. Dan dalam memahami, kita mengikuti proses mulai dari sistem keseluruhan yang kita terima di dalam pengalaman hidup sehingga dapa kita mengerti, sampai ke pemahaman terhadap diri kita sendiri.”
Jadi, proses menerangkan menggunakan sarana-sarana objektif seperti yang dilakukan oleh pakar sains yang menggunakan termometer, barometer dan peralatan lainnya. Sains menerangkan fenomena alam dengan cara yang objektif. Tetapi “proses memahami” mendayagunakan kemampuan-kemampuan akal pikiran setiap individu sebagaimana ‘pengalaman yang hidup’ individu tersebut, atau prosesnya mulai dari totalitas kehidupan sampai peristiwa atau person khusus. Pemahan adalah proses dimana kehidupan mental menjadi diketahui melalui ungkapannya yang ditangkap oleh pancaindera kita. Tanpa unkapan, kehidupan mental kita tidak mungkin kia ketahui. Bila kehidupan mental ini tidak terjangkau oleh sarana-sarana objektif, maka besar kemungkinannya subjektivitas masuk dalam pemahaman terhadap kehidupan mental tersebut.
Proses pemahamn ini terbagi atas dua bagian yang berhubungan dengan rangkaian peristiwa dalam proses kehidupan secara berbeda satu sama lain. Pertama, pengalaman yang hidup menimbulkan ungkapannya. Bila kita menyelidiki ungkapan dengan mundur ke pengalaman, ini berarti kita melakukan proses hubungan akibat-sebab. Kedua, dalam proses menghidupkan kembali atau rekostruksi berbagai peristiw, dimana orang dapat melihat kelanjutan peristiwa tersebut sehingga ia bisa ambil bagian di dalamnya, maka ia melakukan proses hubungan sebab-akibat. Bagian yang kedua ini merupakan epitomae atau ikhtisar pemahaman. Kita akan mampu memahami hanya apabila kita mampu memutar balik proseskaussal dari akibat-sebab ke sebab-akiabat. Namun kedua bagian ini tidak terpisahkan satu dari yang lainnya. Sebab dalam proses pemahaman itu sendiri, akal pikiran kita mengambil alih timbul tenggelamnya sebab dan akibat dalam rangkaian penyebaban. Dalam kelangsungan waktu, baik masa lalu maupun masa mendatang transeden terhadap momen yang penuh dengan pengalaman. Ini bisa terjadi sebagai akibat dari “keterhubungan hidup”. Bila momen sejarah ambil bagian, maka tidak ada alur waktu yang terputus. Tiga kerangka waktu, yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang seakan hadi secara bersama-sama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar