Selasa, 20 Desember 2016

Menggabungkan Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif

Menggabungkan Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif

Berbicara mengenai upaya penggabungan antara penelitian kuantitaif dan penelitian kualititaif, maka nantinya akan didapatkan suatu titik temu yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti, yang pada akhirnya memberikan kemudahan kepada para peneliti. Biasanya, peneliti kuantitatif biasanya tidak puas dengan hasil analisis statistic. Misalnya dengan data yang dikumpulkan dengan kuesioner, analisis statistic dilakukan untuk menemukan hubungan antara dua tau lebih variable. Ternyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada hubungan. Peneliti meragukan hasilnya karena hipotesisnya tidak teruji, untuk itu ia lalu mengadakan wawancara mendalam untuk melengkapi penelitiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa peneliti berusaha menggabungkan dua karakteristik penlitian yang berbeda, yaitu kuantitatif dan kualitatif.
            Begitu juga sebaliknya terjadi, peneliti kualitatif sering menggunakan data kuantitatif, namun yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis kuantitatif bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat diguinakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainya hanya sebagai pelengkap saja.
Dari sebagian besar uraian metodologi tampaknya sepakat bahwa sepanjang dua paradigma yang berbeda dianggap ada, perbedaan yang terpenting adalah cara masing-masing memperlakukan data. Dalam tradisi kualitatif peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai instrument, mengikuti asumsi-asumsi cultural sekaligus mengikuti data konsekuensi dari pendekatan ini adalah metode penelitian kualitatif merupakan observasi partisipatoris (pengamatan terlibat). Dalam tradisi kuantitatif instrument tersebut adalah alat teknoogis yang telah ditentukan sebelumnya dan tertata dengan baik sehingga tidak banyak memberi peluang bagi fleksibelitas, masukan imajinatif dan refleksitas. Tehnik kuantitatif seperti wawancara mendalam lebih dibutuhkan.Dari upaya proses penggabungan kedua jenis penelitian tersebut, antara kuantitatif dengan kualitatif, dapat dijelaskan bahwa perbedaan antara kedua paradigma itu terkait dengan tingkat pembentukan pengetahuan dan proses penelitian. Penggabungan dua metode yang berbeda  dalam sebuah rangkaian penelitian memunculkan persoalan gerak antara paradigma-paradigma pada tingkat epistemology dan teori dalam praksisnya.
Dalam proses penggabungan pendekatan dan metode disusun menurut beberapa factor : pertama, menyangkut arti penting yang diberikan kepad amasing-masing pendekatan dalam keseluruhan proyek. Kedua, menyangkut urutan waktu, jangka waktu untuk mana kedua metode ditempuh secara simultan. Jelaslah bahwa konstribusi metode kualitatif terhadap perumusan maslaah teoritis yang dikaji oleh suvei menuntut dilakukannya durvey lapangan secar intensif sebelum survey. Disamping itu, jika tujuan survey lapangan kualitatif untuk memperjelas dan memperluas temuan survey, maka hal itu harus dilakukan setelah survey. Ketiga juga terkait dengan urutan waktu dan menyangkut tahap dalam proses penelitian saat kedua metode digunakan atau dihentikan. Misalnya, kedua metode dapat diakses ke dalam proyek pada tahap pembuatan desain, tetapi hanya satu metode yang diperhitungkan dalam penulisan laporan penelitian. Keempat yang menentukan pemakaian metode menyangkut pembagian keterampilan dalam tim penelitian.
Dari proses penggabungan tersebut, tergantung kepada individu peneliti dalam menggunakan dan melaksanakan penelitiannya, apakah lebih cenderung kepada penelitian kuantitif atau lebih cenderung kepada penelitian kualitatif dalam menganalisa data yang didapat dari hasil penelitiannya.

            Dari kedua penggabungan jenis penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa kehadiran dan keberadaan dua paradigma yang berbeda mengesankan adanya sesuatu yang menjadi pedoman para peneliti, terutama bagi praktek-praktek mereka. Ini tidaklah mengherankan karena kumpulan teks-teks metodologi yang mengesankan keberadan dua paradigma tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar