Menggabungkan
Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif
Berbicara mengenai upaya
penggabungan antara penelitian kuantitaif dan penelitian kualititaif, maka
nantinya akan didapatkan suatu titik temu yang berkaitan dengan pelaksanaan
penelitian yang dilakukan oleh para peneliti, yang pada akhirnya memberikan
kemudahan kepada para peneliti. Biasanya, peneliti kuantitatif biasanya tidak
puas dengan hasil analisis statistic. Misalnya dengan data yang dikumpulkan
dengan kuesioner, analisis statistic dilakukan untuk menemukan hubungan antara
dua tau lebih variable. Ternyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada
hubungan. Peneliti meragukan hasilnya karena hipotesisnya tidak teruji, untuk
itu ia lalu mengadakan wawancara mendalam untuk melengkapi penelitiannya. Hal
ini mengindikasikan bahwa peneliti berusaha menggabungkan dua karakteristik
penlitian yang berbeda, yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Begitu juga sebaliknya terjadi, peneliti kualitatif sering menggunakan data
kuantitatif, namun yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis
kuantitatif bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa kedua pendekatan tersebut
dapat diguinakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan
paradigma lainya hanya sebagai pelengkap saja.
Dari sebagian besar uraian
metodologi tampaknya sepakat bahwa sepanjang dua paradigma yang berbeda
dianggap ada, perbedaan yang terpenting adalah cara masing-masing memperlakukan
data. Dalam tradisi kualitatif peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai instrument,
mengikuti asumsi-asumsi cultural sekaligus mengikuti data konsekuensi dari
pendekatan ini adalah metode penelitian kualitatif merupakan observasi
partisipatoris (pengamatan terlibat). Dalam tradisi kuantitatif instrument
tersebut adalah alat teknoogis yang telah ditentukan sebelumnya dan tertata
dengan baik sehingga tidak banyak memberi peluang bagi fleksibelitas, masukan
imajinatif dan refleksitas. Tehnik kuantitatif seperti wawancara mendalam lebih
dibutuhkan.Dari
upaya proses penggabungan kedua jenis penelitian tersebut, antara kuantitatif
dengan kualitatif, dapat dijelaskan bahwa perbedaan antara kedua paradigma itu
terkait dengan tingkat pembentukan pengetahuan dan proses penelitian.
Penggabungan dua metode yang berbeda dalam sebuah rangkaian penelitian
memunculkan persoalan gerak antara paradigma-paradigma pada tingkat
epistemology dan teori dalam praksisnya.
Dalam proses penggabungan pendekatan
dan metode disusun menurut beberapa factor : pertama, menyangkut arti penting
yang diberikan kepad amasing-masing pendekatan dalam keseluruhan proyek. Kedua,
menyangkut urutan waktu, jangka waktu untuk mana kedua metode ditempuh secara
simultan. Jelaslah bahwa konstribusi metode kualitatif terhadap perumusan
maslaah teoritis yang dikaji oleh suvei menuntut dilakukannya durvey lapangan
secar intensif sebelum survey. Disamping itu, jika tujuan survey lapangan
kualitatif untuk memperjelas dan memperluas temuan survey, maka hal itu harus
dilakukan setelah survey. Ketiga juga terkait dengan urutan waktu dan
menyangkut tahap dalam proses penelitian saat kedua metode digunakan atau
dihentikan. Misalnya, kedua metode dapat diakses ke dalam proyek pada tahap pembuatan
desain, tetapi hanya satu metode yang diperhitungkan dalam penulisan laporan
penelitian. Keempat yang menentukan pemakaian metode menyangkut pembagian
keterampilan dalam tim penelitian.
Dari proses penggabungan tersebut,
tergantung kepada individu peneliti dalam menggunakan dan melaksanakan
penelitiannya, apakah lebih cenderung kepada penelitian kuantitif atau lebih
cenderung kepada penelitian kualitatif dalam menganalisa data yang didapat dari
hasil penelitiannya.
Dari kedua penggabungan jenis penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa
kehadiran dan keberadaan dua paradigma yang berbeda mengesankan adanya sesuatu
yang menjadi pedoman para peneliti, terutama bagi praktek-praktek mereka. Ini
tidaklah mengherankan karena kumpulan teks-teks metodologi yang mengesankan
keberadan dua paradigma tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar