Sabtu, 03 Desember 2016

Perbedaan Antara Metode Sains Dan Metode Filsafat

Perbedaan Antara Metode Sains Dan Metode Filsafat

Kritik paling pedas yang diarahkan terhadap filsafat ialah bahwa filsafat dianggap kekurangan metode dalam pembahasannaya. Para ilmuan dan cendekiawan banyak yang dianggap berpura-pura menjadi filsuf dengan cara membuat spekulasi, berintuisi, berkecimpung dalam mistik, membuat macam-macam teori, namun tanpa dasar kokoh. Filsafat, menurut pandangan mereka hanya sekedar ‘pelayan’ yang dapat menghibur akal pikiran yang malas, dalam arti bahwa akal menyatakan sesuatu yang tanpa bukti, menerapkan paham mistik tanpa diikuti penjelasannya, ataupun berteori tanpa menyatakan aspek ‘praxis’.
Sains memiliki bata ruang lingkup yang jelas dan ilmu pengetahuan ini mudah dicerna, serta mudah dirangkai sebatas ruang lingkupnya sendiri. Fisika berhubungan erat dengan dunia fisik; Botani dengan tanaman; Ilmu kimia dengan bahan-bahan kimiawi; Matemayika dengan angka-angka, dsb. Semua cabang ilmu pengetahuan tersebut memiliki ruang lingkup sendiri-sendiri, walaupun seringkali pada bagian tertentu saling tumpang tindih satu sama lainnya; namun tidak satu ilmu pengetahuan pun yang dapat mencakup semua ruang lingkup cabang-cabang ilmu pengetahuan. Secara kolektif, setiap cabang ilmu pengetahuan dapat saling menggarisbawahi penemuannya sendiri beserta bukti-bukti yang siap untuk diverifikasikan dan di kontrol. Ini semua disebut keniscayaan, bukan kebajikan.
Filsafat, disisi lain, adalah tanpa batas. Filsafat menyelidiki realitas dalam pengertian sepenuhnya. Apapun yang disebut “ada”, merupakan domain atau ruang lingkup filsafat. Filsafat tidak mengenal batas ruang dan waktu. Semua ruang (spaces), yang nyata atau yang mungkin; semua waktu, saat ini atau yang abadi, dicakup dalam pembahasan filsafat. Karena memiliki tinjauan yang sangat luas, maka hakikat filsafat adalah berspekulasi dan berteori. Jadi, filsafat tidak selalu dapat menyajikan bukti-bukti ilmiah sebagaimana disajikan oleh sains, bahkan mungkin filsafat tidak memiliki bukti-bukti tersebut.
Sains memiliki metodenya sendiri. Bukti-bukti ilmiah diperoleh melalui statistik, penjumlahan, demonstrasi, uji coba, eksperimentasi, analisis, pembenaran dan pembuktian. Metode-metode sains sifatnya kaku dan ketat. Ilmu pengetahuan yang tidak dapat menggunakan metode tersebut dianggap tidak ilmiah. Namun, demikian metode sains ini juga dapat menjerat. Metode ini dapat “memagari” sebuah disiplin ilmu dan mencegah atau bahkan menghambat gagasan-gagasan ilmiah yang mengarah kepada spekulasi. Meskipun metode ini bersifat membatasi dan memaksa, namun metode ini juga penting untuk kita akui dan untuk kita terima karena aspek disiplin dan universalnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar