Perbedaan Antara Metode Sains Dan Metode
Filsafat
Kritik
paling pedas yang diarahkan terhadap filsafat ialah bahwa filsafat dianggap
kekurangan metode dalam pembahasannaya. Para ilmuan dan cendekiawan banyak yang
dianggap berpura-pura menjadi filsuf dengan cara membuat spekulasi, berintuisi,
berkecimpung dalam mistik, membuat macam-macam teori, namun tanpa dasar kokoh.
Filsafat, menurut pandangan mereka hanya sekedar ‘pelayan’ yang dapat menghibur
akal pikiran yang malas, dalam arti bahwa akal menyatakan sesuatu yang tanpa
bukti, menerapkan paham mistik tanpa diikuti penjelasannya, ataupun berteori
tanpa menyatakan aspek ‘praxis’.
Sains
memiliki bata ruang lingkup yang jelas dan ilmu pengetahuan ini mudah dicerna,
serta mudah dirangkai sebatas ruang lingkupnya sendiri. Fisika berhubungan erat
dengan dunia fisik; Botani dengan tanaman; Ilmu kimia dengan bahan-bahan
kimiawi; Matemayika dengan angka-angka, dsb. Semua cabang ilmu pengetahuan
tersebut memiliki ruang lingkup sendiri-sendiri, walaupun seringkali pada
bagian tertentu saling tumpang tindih satu sama lainnya; namun tidak satu ilmu
pengetahuan pun yang dapat mencakup semua ruang lingkup cabang-cabang ilmu
pengetahuan. Secara kolektif, setiap cabang ilmu pengetahuan dapat saling
menggarisbawahi penemuannya sendiri beserta bukti-bukti yang siap untuk
diverifikasikan dan di kontrol. Ini semua disebut keniscayaan, bukan kebajikan.
Filsafat,
disisi lain, adalah tanpa batas. Filsafat menyelidiki realitas dalam pengertian
sepenuhnya. Apapun yang disebut “ada”, merupakan domain atau ruang lingkup
filsafat. Filsafat tidak mengenal batas ruang dan waktu. Semua ruang (spaces),
yang nyata atau yang mungkin; semua waktu, saat ini atau yang abadi, dicakup
dalam pembahasan filsafat. Karena memiliki tinjauan yang sangat luas, maka
hakikat filsafat adalah berspekulasi dan berteori. Jadi, filsafat tidak selalu
dapat menyajikan bukti-bukti ilmiah sebagaimana disajikan oleh sains, bahkan
mungkin filsafat tidak memiliki bukti-bukti tersebut.
Sains
memiliki metodenya sendiri. Bukti-bukti ilmiah diperoleh melalui statistik,
penjumlahan, demonstrasi, uji coba, eksperimentasi, analisis, pembenaran dan
pembuktian. Metode-metode sains sifatnya kaku dan ketat. Ilmu pengetahuan yang
tidak dapat menggunakan metode tersebut dianggap tidak ilmiah. Namun, demikian
metode sains ini juga dapat menjerat. Metode ini dapat “memagari” sebuah
disiplin ilmu dan mencegah atau bahkan menghambat gagasan-gagasan ilmiah yang
mengarah kepada spekulasi. Meskipun metode ini bersifat membatasi dan memaksa,
namun metode ini juga penting untuk kita akui dan untuk kita terima karena
aspek disiplin dan universalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar