Kecewa adalah Tanda Cinta
Judul ini terinspirasi dari tulisan ustad cahyadi
takariawan yang menggambarkan bahwa sesungguhnya kekecewaan itu adalah
buah dari kecintaan kita terhadap sesuatu.Sudah barang tentu kita sering
menghadapi kekecewaan di dalam kehidupan dunia ini. Tetapi justru disitulah
akan tampak kadar iman kita. Allah menurunkan cobaan kepada kita, agar Dia bisa
menguji iman kita, apakah kita akan sabar ataukah kita akan marah-marah, dan
adakah kita ridha terhadap takdir Allah ?
Ini soal perasaan kecewa, sesungguhnyalah kecewa
muncul karena adanya harapan yang tidak kesampaian. Ada harapan yang ditanam,
dan ternyata tidak didapatkan dalam kenyataan. Inilah yang menyebabkan muncul
kekecewaan. Jarak yang terbentang antara harapan dengan kenyataan itulah ukuran
besarnya kekecewaan. Semakin lebar jarak yang terbentang, semakin besar pula
kekecewaan. Oleh karena itu, kecewa itu ada di mana-mana, di lingkungan apa
saja, di dunia mana saja, selalu ada kecewa.
Dalam gerakan dakwah atau organisasi dakwah Kampus,
seorang pengurus orgnisasi bisa kecewa kepada pemimpin, sebagaimana pemimpin
bisa kecewa atas sikap para anggota. Sepanjang sejarah kemanusiaan paska masa
kenabian, tidak ada satupun organisasi yang tidak pernah mengecewakan
anggotanya. Semua organisasi, semua gerakan, semua harakah pernah mengecewakan
anggotanya. Selalu ada anggota organisasi atau anggota gerakan yang kecewa dan
terluka.
Ini bukan soal benar atau salahnya kondisi tersebut.
Ini hanya potret sesungguhnya, begitulah kenyataan yang ada. Cobalah sebut satu
saja contoh organisasi dakwah kampus pasti ada riwayat pernah ada anggota atau
pengurus yang kecewa, apakah itu karena faktor komunikasi, merasa kurang dihargai,
pendapatnya tidak diterima atau tidak menerima hasil keputusan syuro itu sudah
sunatullah, tinggal lagi sejauh mana kita bisa mengelola kekecewaan itu menjadi
sebuah amal nyata, tanpa harus diberitahu kesemua orang dengan harapan
seseorang bisa memecahkan masalahnya. Misalnya kekecewaan seseorang pengurus
dakwah kampus dengan mempublisht rasa kekecewaanya didinding Facebook atau
twitter yang seharussnya permasalahan itu hanya untuk konsumsi organisasi atau
internal wajiha itu saja, padahal itu tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan
akan bardampak fatal dan bisa melemahkan organisasi tersebut karena orang tau
permasalah internal organisasinya. Mereka tidak tahu, bahwa kecewa itu
tanda cinta.
Kalau tidak cinta tidak mungkin berada dalam barisan
dakwah ini,cinta butuh pengorbanan, baik pengorbanan harta,jiwa bahkan perasaan
sekalipun. Ketika kita kecewa dengan qiyadah atau sama siapapun didalam barisan
dakwah maka kita tidak perlu putus asa,stress, apalagi galau karena
seseorang,karena tujuan kita adalah dakwah ilallah. Dakwah Ilallah bukanlah
seorang pedagang ayat-ayat Allah, yang menjual Islam untuk kepentingan
pribadinya; bukan pula seorang aktor yang bersemangat tatkala di tengah
keramaian, namun lesu dihadapan sedikit manusia; bukan pula artis yang
mengharap sanjungan dan tepuk tangan. Da’i Ilallah tidak mengharapkan
upah atau balasan dari manusia atas segala usaha dan pengorbanannya di
jalan Allah. Karena itu ia akan terus menyeru manusia ke jalan Allah,
baik manusia memujinya ataupun mencacinya, baik orang banyak mendukungnya
atau menghambatnya. Mereka akan berkata sebagaimana yang telah dikatakan
oleh Nabi Nuh as.: Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas
ajakan-ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Rabbul ‘alamin. (Asy-Syu’ara:
109)
So,Sebagai aktivis atau ukhtivis dakwah yang saleh dan
salehah ketika kita dihadapkan kepada sebuah masalah selayaknya kita berkata:
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”.
Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang
menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang
paling dekat untuk dimintai do’a”, bukan facebook atau twitter :- )
Jadi, kecewa itu ada dimana-mana, karena cinta ada
dimana-mana, karena harapan ada dimana-mana. Namun muncul pertanyaan, pantaskah
kita tidak berani memiliki harapan karena takut dikecewakan ? Jawabannya jelas,
tidak pantas !Karena harapan itulah yang membuat kita bersemangat, karena
harapan itulah yang membuat kita bekerja, karena harapan itulah yang membuat
kita selalu berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik, bahkan karena
harapan itu pula yang membuat kita ada. Jangan takut memiliki harapan masuk
surga.So, teruslah memiliki dan memupuk harapan. Teruslah bekerja, teruslah
berkarya, hingga akhir usia. Jangan takut kecewa. ^-^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar