Kamis, 08 Desember 2016

Kecewa adalah Tanda Cinta

Kecewa adalah Tanda Cinta

Judul ini terinspirasi dari tulisan ustad cahyadi takariawan yang menggambarkan bahwa sesungguhnya kekecewaan itu adalah buah dari kecintaan kita terhadap sesuatu.Sudah barang tentu kita sering menghadapi kekecewaan di dalam kehidupan dunia ini. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar iman kita. Allah menurunkan cobaan kepada kita, agar Dia bisa menguji iman kita, apakah kita akan sabar ataukah kita akan marah-marah, dan adakah kita ridha terhadap takdir Allah ?
Ini soal perasaan kecewa, sesungguhnyalah kecewa muncul karena adanya harapan yang tidak kesampaian. Ada harapan yang ditanam, dan ternyata tidak didapatkan dalam kenyataan. Inilah yang menyebabkan muncul kekecewaan. Jarak yang terbentang antara harapan dengan kenyataan itulah ukuran besarnya kekecewaan. Semakin lebar jarak yang terbentang, semakin besar pula kekecewaan. Oleh karena itu, kecewa itu ada di mana-mana, di lingkungan apa saja, di dunia mana saja, selalu ada kecewa.

Dalam gerakan dakwah atau organisasi dakwah Kampus, seorang pengurus orgnisasi bisa kecewa kepada pemimpin, sebagaimana pemimpin bisa kecewa atas sikap para anggota. Sepanjang sejarah kemanusiaan paska masa kenabian, tidak ada satupun organisasi yang tidak pernah mengecewakan anggotanya. Semua organisasi, semua gerakan, semua harakah pernah mengecewakan anggotanya. Selalu ada anggota organisasi atau anggota gerakan yang kecewa dan terluka.
Ini bukan soal benar atau salahnya kondisi tersebut. Ini hanya potret sesungguhnya, begitulah kenyataan yang ada. Cobalah sebut satu saja contoh organisasi dakwah kampus pasti ada riwayat pernah ada anggota atau pengurus yang kecewa, apakah itu karena faktor komunikasi, merasa kurang dihargai, pendapatnya tidak diterima atau tidak menerima hasil keputusan syuro itu sudah sunatullah, tinggal lagi sejauh mana kita bisa mengelola kekecewaan itu menjadi sebuah amal nyata, tanpa harus diberitahu kesemua orang dengan harapan seseorang bisa memecahkan masalahnya. Misalnya kekecewaan seseorang pengurus dakwah kampus dengan mempublisht rasa kekecewaanya didinding Facebook atau twitter yang seharussnya permasalahan itu hanya untuk konsumsi organisasi atau internal wajiha itu saja, padahal itu tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan akan bardampak fatal dan bisa melemahkan organisasi tersebut karena orang tau permasalah internal organisasinya. Mereka tidak tahu, bahwa kecewa itu tanda cinta.
Kalau tidak cinta tidak mungkin berada dalam barisan dakwah ini,cinta butuh pengorbanan, baik pengorbanan harta,jiwa bahkan perasaan sekalipun. Ketika kita kecewa dengan qiyadah atau sama siapapun didalam barisan dakwah maka kita tidak perlu putus asa,stress, apalagi galau karena seseorang,karena tujuan kita adalah dakwah ilallah. Dakwah Ilallah bukanlah seorang pedagang ayat-ayat Allah, yang menjual Islam  untuk kepentingan pribadinya; bukan pula seorang aktor yang bersemangat tatkala di tengah keramaian, namun lesu dihadapan  sedikit manusia; bukan pula artis yang  mengharap sanjungan dan tepuk tangan. Da’i Ilallah tidak mengharapkan upah atau  balasan dari manusia atas segala usaha dan pengorbanannya di jalan Allah. Karena itu ia  akan terus menyeru manusia ke jalan Allah, baik manusia memujinya ataupun mencacinya,  baik orang banyak mendukungnya atau  menghambatnya. Mereka akan berkata sebagaimana yang telah dikatakan oleh Nabi Nuh as.:  Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Rabbul ‘alamin. (Asy-Syu’ara: 109)
So,Sebagai aktivis atau ukhtivis dakwah yang saleh dan salehah ketika kita dihadapkan kepada sebuah masalah selayaknya kita berkata: “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do’a”, bukan facebook atau twitter :- )
Jadi, kecewa itu ada dimana-mana, karena cinta ada dimana-mana, karena harapan ada dimana-mana. Namun muncul pertanyaan, pantaskah kita tidak berani memiliki harapan karena takut dikecewakan ? Jawabannya jelas, tidak pantas !Karena harapan itulah yang membuat kita bersemangat, karena harapan itulah yang membuat kita bekerja, karena harapan itulah yang membuat kita selalu berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik, bahkan karena harapan itu pula yang membuat kita ada. Jangan takut memiliki harapan masuk surga.So, teruslah memiliki dan memupuk harapan. Teruslah bekerja, teruslah berkarya, hingga akhir usia. Jangan takut kecewa. ^-^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar