Fenomena Sosial Media di Kalangan Anak Dakwah Kampus
Dunia tekhnologi yang semakin
canggih yang mengikuti perkembangan zaman, seharusnya juga ikuti
dengan perkembangan pemahaman terhadap agama. Karena agama merupakan Of
the Rule atau aturan yang dapat membatasi manusia dari hal-hal yang
bersifat keduniaan. Tekhnologi ibaratkan sebuah pisau, ia tergantung
pemakainya, jika di gunakan untuk memotong bawang, sayur atau buah maka ia akan
berguna, namun apabila pisau tersebut di gunakan untuk membunuh orang maka
pisau tersebut akan menjadi malapetaka bagi si pengguna. Begitu juga dengan
tekhnologi, jika kita bisa menggunakannya ke dalam hal-hal yang bermanfaat maka
begitu besar kegunaan dan keuntungan menguasai tekhnologi, akan tetapi jika
kita sudah terperdaya dengan kesenangan-kesenangan yang di berikan tehknologi
maka dapat di pastikan masa depan kita akan hancur apabila kita belum
bertaubat.
Satu dasawarsa yang lalu,
media komunikasi yang sering di gunakan orang adalah dengan
menggunakan Handphone, itu juga masih sedikit dan hanya pejabat, pebisnis
dan orang-orang kaya saja yang memiliki alat komunikasi tersebut. Namun di era
tekhnologi dan modernisasi sekarang handpone bukan lagi menjadi barang mewah,
bahkan sudah menjadi kebutuhan primer. Hampir semua kalangan masyarakat sudah
memiliki Handpone, akan tetapi mirisnya anak-anak yang belum baligh (di bawah
umur) sudah memiliki alat komunikasi ini, padahal itu belum menjadi
kebutuhannya. Anak-anak di bawah umur seharusnya masih menjadi pantauan orang
tuanya untuk ibadah, belajar, bermain dan hal-hal yang menjadikan anak lebih
berakhlak dan bermoral ketika dia sudah besar nanti.
Handphone zaman sekarang bukan lagi
hanya di gunakan untuk berkomunikasi saja, akan tetapi memiliki banyak aplikasi
hiburan yang diberikan seperti facebook, twitter, E-Buddy dll. Perkembangan
tekhnologi di masa sekarang di tandai dengan menjamurnya aplikasi Jejaring
Sosial yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk dunia. Data terakhir yang
diperoleh, Indonesia menempati urutan ke-4 pengguna facebook dan urutan ke- 5
pengguna twitter di dunia. Bermacam-macam dampak yang telah di hasilkan oleh 2
sosial media tersebut, ada dampak positifnya akan tetapi tidak sedikit dampak
negatif yang telah di hasilkan dari sosmed tersebut. Tidak sedikit dari
pengguna facebook atau twitter yang diculik, disekap, dan diperkosa oleh
teman facebooknya sendiri, selain itu berlama-lama di sosmed juga akan bayak
kehilangan momen-momen penting dengan keluarga, teman ataupun menjadi
masyarakat yang apatis karena jarang sosialisasi dengan masyarakat.
Fenomena di atas merupakan
fenomena umum yang sering terjadi di Negara Ini, termasuk fenomena Jejaring
Sosial yang terjadi di kalangan Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Dahulu para
aktivis selalu memanfaatkan waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat, ketika
berada di dalam bus mereka senantiasa menambah hafalan dan tilawahnya. Namun
kondisi itu sangat jarang dilihat di zaman sekarang. ADK sekarang lebih senang
membuka HP untuk mengupdate status di fb atau twitter, ketimbang untuk membaca
al-quran satu atau dua ayat saja. Dekradasi nilai ini membuktikan bahwa sosmed
begitu mempengaruhi kehidupan semua orang termasuk para ADK. Fakta lain dapat
dilihat ketika seseorang dalam kondisi sakit, maka mereka masih sempat membuat
status di fb atau twitter. Bayangkan seandainya kesempatan itu kita gunakan
untuk membuka Al-quran, Allah SWT pasti melipatgandakan karunianya kepada kita,
yang pertama sakit dapat menggugurkan dosa, dan yang kedua pahala dari membaca
Al-quran.
Di zaman sekarang tak jarang kita
lihat ikhwan ataupun akhwat sudah memiliki akun facebook maupun twitter. Bisa
dikatakan 8 dari 10 aktivis Dakwah Kampus sudah memiliki jejaring sosial ini.
Berbagai macam alasan ADK menggunakan Sosmed ini, seperti ajang silaturahim,
nambah pertemanan, ajang eksis di dunia maya dan terakhir sebagai sarana
dakwah. Katanya sih sebagai sarana dakwah, namun seringkali memposisikan
kegunaan sosmed ini untuk ajang eksis,narsis,curhat,memfitnah atau apalah
namanya. Lihat saja ketika para ADK membuat status Fb atau twitter bertemakan
agama, maka sedikit sekali yang memberi komentar ataupun yang memberi tanda
jempol. Mungkin alasan ini para ADK lebih memilih membuat status galau atau
meng-upload foto mereka sendiri. Bahkan lebih aneh jika ada akhwat yang nekat
eksis meng-upload fotonya sendiri di dunia maya dengan berfose memancing
komentar dari kawan-kawannya. Sebab jika seorang akhwat mengupload fotonya
sendiri berapa banyak pandangan mata lelaki yang tertuju kepada foto tersebut,
apalagi misalnya seorang akhwat yang di karuniai paras yang cantik sehingga
menimbulkan hayalan-hayalan yang tidak perlu dari lelaki yang melihatnya. Kecuali
hal tersebut di setujui oleh suaminya atau akhwat tersebut sudah menikah dan
berfoto bersama suaminya, sehingga tidak menimbulkan fitnah dan gangguan dari
pria lain.
Mengapa kemudian akhwat
saja yang di khawatirkan, karena jika seorang ikhwan yang meng-upload fotonya
sendiri belum tentu seorang wanita (akhwat) terpengaruh dengan foto tersebut.
Pernah pada kesempatan tertentu, seorang ustadz menuturkan bahwasanya seorang
pria itu bisa langsung tergoda (jatuh cinta) ketika melihat wanita, akan tetapi
seorang wanita itu belum tentu tergoda dengan pandangan pertama sebelum ia
mengenal sendiri karakter, watak seorang pria, dan hal ini di peroleh dari
interaksi dan komunikasinya sehari-hari.
Sosial media saat ini juga
telah banyak merubah tatanan waktu hidup manusia, bentang waktu siang – malam,
pagi-sore sama saja, tak terkecuali juga bagi para aktivis dakwah kampus.
Sebagian besar waktu malam dipergunakan ADK hanya untuk On Line, baik itu
melalui media facebook, twitter atau ngeblog. Tak jarang kita melihat diatas
jam 23.00 para ADK masih sibuk untuk sekedar update status di fb atau ngetwit
di twitter, kadang juga yang di bahas tidak terlalu penting, anehnya ada
ikhwan- akhwat masih koment-komenan gak jelas di atas jam segitu. Sosmed sesungguhnya
mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, karna di dunia nyata ikhwan
dan akhwat tersebut tidak terlalu care jika berbicara, dan sering dirasakan
jika berhadapan langsung antara ikhwan-akhwat saling jaim,diam seribu bahasa,
gak ngomong jika gak penting, akan tetapi di sosmed semua itu akan berbalik 180
derajat. Dan jika sudah larut dalam chatingan, semua akan jadi
transparan, adab sesama kader dakwah akan hilang, bahasanya juga gak
karuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar