Kamis, 08 Desember 2016

Fenomena Sosial Media di Kalangan Anak Dakwah Kampus

Fenomena Sosial Media di Kalangan Anak Dakwah Kampus 

      Dunia tekhnologi yang semakin canggih  yang mengikuti perkembangan  zaman, seharusnya juga ikuti dengan perkembangan pemahaman  terhadap agama. Karena agama merupakan Of the Rule  atau aturan  yang dapat membatasi manusia dari hal-hal yang bersifat keduniaan. Tekhnologi ibaratkan sebuah pisau, ia tergantung pemakainya, jika di gunakan untuk memotong bawang, sayur atau buah maka ia akan berguna, namun apabila pisau tersebut di gunakan untuk membunuh orang maka pisau tersebut akan menjadi malapetaka bagi si pengguna. Begitu juga dengan tekhnologi, jika kita bisa menggunakannya ke dalam hal-hal yang bermanfaat maka begitu besar kegunaan dan keuntungan menguasai tekhnologi, akan tetapi jika kita sudah terperdaya dengan kesenangan-kesenangan yang di berikan tehknologi maka dapat di pastikan masa depan kita akan hancur apabila kita belum bertaubat.
       Satu dasawarsa yang lalu, media komunikasi yang sering di gunakan orang adalah  dengan menggunakan  Handphone, itu juga masih sedikit dan hanya pejabat, pebisnis dan orang-orang kaya saja yang memiliki alat komunikasi tersebut. Namun di era tekhnologi dan modernisasi sekarang handpone bukan lagi menjadi barang mewah, bahkan sudah menjadi kebutuhan primer. Hampir semua kalangan masyarakat sudah memiliki Handpone, akan tetapi mirisnya anak-anak yang belum baligh (di bawah umur) sudah memiliki alat komunikasi ini, padahal itu belum menjadi kebutuhannya. Anak-anak di bawah umur seharusnya masih menjadi pantauan orang tuanya untuk ibadah, belajar, bermain dan hal-hal yang menjadikan anak lebih berakhlak dan bermoral ketika dia sudah besar nanti.
    Handphone zaman sekarang bukan lagi hanya di gunakan untuk berkomunikasi saja, akan tetapi memiliki banyak aplikasi hiburan yang diberikan seperti facebook, twitter, E-Buddy dll. Perkembangan tekhnologi di masa sekarang di tandai dengan menjamurnya aplikasi Jejaring Sosial yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk dunia. Data terakhir yang diperoleh, Indonesia menempati urutan ke-4 pengguna facebook dan urutan ke- 5 pengguna twitter di dunia. Bermacam-macam dampak yang telah di hasilkan oleh 2 sosial media tersebut, ada dampak positifnya akan tetapi tidak sedikit dampak negatif yang telah di hasilkan dari sosmed tersebut. Tidak sedikit dari pengguna facebook atau twitter yang diculik, disekap, dan diperkosa  oleh teman facebooknya sendiri, selain itu berlama-lama di sosmed juga akan bayak kehilangan momen-momen penting dengan keluarga, teman ataupun menjadi masyarakat yang apatis karena jarang sosialisasi dengan masyarakat.
       Fenomena di atas merupakan fenomena umum yang sering terjadi di Negara Ini, termasuk fenomena Jejaring Sosial yang terjadi di kalangan Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Dahulu para aktivis selalu memanfaatkan waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat, ketika berada di dalam bus mereka senantiasa menambah hafalan dan tilawahnya. Namun kondisi itu sangat jarang dilihat di zaman sekarang. ADK sekarang lebih senang membuka HP untuk mengupdate status di fb atau twitter, ketimbang untuk membaca al-quran satu atau dua ayat saja. Dekradasi nilai ini membuktikan bahwa sosmed begitu mempengaruhi kehidupan semua orang termasuk para ADK. Fakta lain dapat dilihat ketika seseorang dalam kondisi sakit, maka mereka masih sempat membuat status di fb atau twitter. Bayangkan seandainya kesempatan itu kita gunakan untuk membuka Al-quran, Allah SWT pasti melipatgandakan karunianya kepada kita, yang pertama sakit dapat menggugurkan dosa, dan yang kedua pahala dari membaca Al-quran.
      Di zaman sekarang tak jarang kita lihat ikhwan ataupun akhwat sudah memiliki akun facebook maupun twitter. Bisa dikatakan 8 dari 10 aktivis Dakwah Kampus sudah memiliki jejaring sosial ini. Berbagai macam alasan ADK menggunakan Sosmed ini, seperti ajang silaturahim, nambah pertemanan, ajang eksis di dunia maya dan terakhir sebagai sarana dakwah. Katanya sih sebagai sarana dakwah, namun seringkali memposisikan kegunaan sosmed ini untuk ajang eksis,narsis,curhat,memfitnah atau apalah namanya. Lihat saja ketika para ADK membuat status Fb atau twitter bertemakan agama, maka sedikit sekali yang memberi komentar ataupun yang memberi tanda jempol. Mungkin alasan ini para ADK lebih memilih membuat status galau atau meng-upload foto mereka sendiri. Bahkan lebih aneh jika ada akhwat yang nekat eksis meng-upload fotonya sendiri di dunia maya dengan berfose memancing komentar dari kawan-kawannya. Sebab jika seorang akhwat mengupload fotonya sendiri berapa banyak pandangan mata lelaki yang tertuju kepada foto tersebut, apalagi misalnya seorang akhwat yang di karuniai paras yang cantik sehingga menimbulkan hayalan-hayalan yang tidak perlu dari lelaki yang melihatnya. Kecuali hal tersebut di setujui oleh suaminya atau akhwat tersebut sudah menikah dan berfoto bersama suaminya, sehingga tidak menimbulkan fitnah dan gangguan dari pria lain.
        Mengapa kemudian akhwat saja yang di khawatirkan, karena jika seorang ikhwan yang meng-upload fotonya sendiri belum tentu seorang wanita (akhwat) terpengaruh dengan foto tersebut. Pernah pada kesempatan tertentu, seorang ustadz menuturkan bahwasanya seorang pria itu bisa langsung tergoda (jatuh cinta) ketika melihat wanita, akan tetapi seorang wanita itu belum tentu tergoda dengan pandangan pertama sebelum ia mengenal sendiri karakter, watak seorang pria, dan hal ini di peroleh dari interaksi dan komunikasinya sehari-hari.
       Sosial media saat ini juga telah banyak merubah tatanan waktu hidup manusia, bentang waktu siang – malam, pagi-sore sama saja, tak terkecuali juga bagi para aktivis dakwah kampus. Sebagian besar waktu malam dipergunakan ADK hanya untuk On Line, baik itu melalui media facebook, twitter atau ngeblog. Tak jarang kita melihat diatas jam 23.00 para ADK masih sibuk untuk sekedar update status di fb atau ngetwit di twitter, kadang juga yang di bahas tidak terlalu penting, anehnya ada ikhwan- akhwat masih koment-komenan gak jelas di atas jam segitu. Sosmed sesungguhnya mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, karna di dunia nyata ikhwan dan akhwat tersebut tidak terlalu care jika berbicara, dan sering dirasakan jika berhadapan langsung antara ikhwan-akhwat saling jaim,diam seribu bahasa, gak ngomong jika gak penting, akan tetapi di sosmed semua itu akan berbalik 180 derajat. Dan jika sudah larut dalam chatingan, semua  akan jadi transparan, adab sesama kader dakwah  akan hilang, bahasanya juga gak karuan.
       


Tidak ada komentar:

Posting Komentar