Sabtu, 03 Desember 2016

Spekulasi dan Ananlisis dalam filsafat

Spekulasi dan Ananlisis dalam filsafat

Spekulasi
Filsafat bermulai dari rasa heran, ingin tahu, bertanya tentang apa saja dan terutama dengan spekulasi tentang jawaban atau semua pertanyaan-pertanyaan tersebut. “Spekulasi”, bila dipergunakan secara filosofis, berarti menentukan subjek atau gagasan dan merenungkannya secara mendasar. Kiranya aspek khusus inilah yang menyebabkan orang kemudoan tertarik pada filsafat atau bahkan berusaha menjadi seorang filsuf. Selama manusia selalu ingin tahu, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ‘apa’, ‘mengapa’, ‘bagaimana’, ‘dimana’, dan ‘bilamana’, maka spekulasi menjadi hal yang sangat menarik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan semakin meluas jawabannya atau spekulasi mengenai jawaban-jawaban itu bila orang sudah mulai mempertanyakan tentang alam semesta, atau sekurang-kurangnya mempertanyakan tentang hakikat manusia.
Setiap orang dapat, atau bahkan sering, berspekulasi dalam hidup sehari-hari. Kegiatan ini merupakan bagian yang paling mudah dilaksanakan di dalam filsafat, sebab setiap orang memerlukan imajinasi dan ingin mempertanyakan banyak hal. Namun, dari berbagai pertanyaan yang diajukan orang, hanya sebagian saja yang termasuk dalam kategori pertanyaan filosofis. Dengan pertanyaan tersebut paling tidak sudah keliatan unsur imajinasi dan kreativitas, sehingga kita dapat mengembanngkan kebebasan berpikir tentang apa saja.
Perbedaan antara berpikir dalam kehidupan sehari-hari dan berfikir filosofis, terletak pada aspek kesungguhan dan sistematisasinya. Berfikir secara filsafat lebih memerlukan kesungguhan dan sistem. Di samping kedua aspek ini, di dalam berpikir filosofis terdapat satu aspek lagi, yaitu ‘analisis’.
Analisis
Di dalam berfilsafat, kita tidak cukup hanya mempertanyakan tentang alam semesta dan kemudian berspekulasi tentang jawaban-jawabannya. Akan tetapi, kita juga harus mempertanyakan tentang ‘pertanyaan-pertanyaan’ itu sendiri dan jawaban-jawabannya. Dalam hal ini kita kemudian menganalisis melalui penalaran logika, semua pertanyaan yang kita ajukan dan jawaban yang kita peroleh. Sebagai contoh misalnya dalam dialog Plato, Socrates memaksa murid-muridnya, dan juga orang-orang lain yang terlibat dalam dialog, untuk mempertanyakan kembali pertanyaan tentang “keadilan” serta jawabannya yaitu “melakukan hal-hal yang baik terhadap teman-teman kita dan hal-hal yang tidak baik terhadap musuh-musuh kita”, dengan menganalisis keyakinan tentan arti ‘keadilan’ tersebut secara telitidan mendetail. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh arti yang sebenarnya tentang keadilan.
Analasisi memuat antara lain: mengajukan pertanyaan, menjawab, berkeyakinan ataupun berteori, untuk kemudian menyelidiki semuanya itu, menguraikannya kedalam bagian-bagian dengan menggunakan data-data fisik yang dapat membantu, dengan mempergunakan bentuk penalaran logika.
Berfilsafat tidak lain adalah berspekulasi dan melakukan analisis. Dalam menghadapi alam semesta ini, kita memerlukan pengembangkan gagasan secara bebas, termasuk juga imajinasi kita.


1 komentar: