Pendidikan Etika Lingkungan Dan Harapan
Sebagaimana di ungkapkan Arne Naes, bahwa krisis dewasa ini
hanya dapat di atasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku
manusia terhadap alam, termasuk pola hidup kita merupakan suatu kebutuhan dan tanggung
jawab bagi kita untuk menanamkan etika lingkungan kepada anak-anak kita,
generasi masa depan yang kelak memanfaatkan dan mengemban tanggung jawab
mengelola lingkungan.
Penanaman etika lingkungan dilakukan melalui pendidikan,
karena lewat pendidikanlah seorang akan belajar berinteraksi menghadapi segala
permasalahan dan berusaha memberdayakan potensi yang ada dalam dirinya untuk
memecahkan masalah tersebut. Pendidikan etika lingkungan ini merupakan suatu
upaya untuk merubah cara pandang, pemahaman dan perilaku mereka terhadap alam
sehingga mereka dapat berpikir, merasakan, memilih dan mengambi keputusan,
serta bertindak penuh pertimbangan dan tanggung jawab dalam memanfaatkan
mengelola atau menyelesaikan masalah lingkungan hidupnya kelak.
Tujuan pendidikan lingkungan tersebut dapat dijabarkan
menjadienam kelompok, yaitu:
a.
Kesadaran,
yaitu memberi dorongan kepada setiap individu untuk memperolehkesadaran dan
kepekaan terhadap lingkungan dan masalahnya.
b.
Pengetahuan, yaitu membantu setiap individu
untuk memperoleh berbagaipengalaman dan pemahaman dasar tentang lingkungan dan
masalahnya.
c.
Sikap,
yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh seperangkat nilai dankemampuan
mendapatkan pilihan yang tepat, serta mengembangkan perasaanyang peka terhadap
lingkungan dan memberikan motivasi untuk berperan sertasecara aktif di dalam
peningkatan dan perlindungan lingkungan.
d.
Keterampilan,
yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh keterampilandalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah lingkungan.
e.
Partisipasi,
yaitu memberikan motivasi kepada setiap individu untuk berperanserta secara
aktif dalam pemecahan masalah lingkungan
f.
Evaluasi,
yaitu mendorong setiap individu agar memiliki kemampuanmengevaluasi pengetahuan
lingkungan ditinjau dari segi ekologi, social,
ekonomi, politik, dan faktor-faktor pendidikan.
(Adisendjaja, 1988).
Pendidikan etika lingkungan tidak semata-mata menggarap
masalah teknis yang akan dilakukan, tetapi juga menyangkut aspek nilai-nilai
etika, sosial dan religius. Dalam hal ini, gerakan deep ecology yang
dikembangkan ekosentrisme tidak hanya didasarkan pada pertimbangan elemen
biofisik saja, tetapi juga mencakup pertimbangan aspek sosio-psikologis dan
kultural. Dengan demikian, pendidikan etika lingkungan yang dilandasi semangat
deep ecology dapat memberdayakan seluruh potensi yang ada pada diri subjek
didik, baik potensi kognitif, afektif, psiokomotor, intra dan interpersonal
bahkan spiritual.
Kunci pokok dari pendidikan etika lingkungan ini adalah
bagaimana upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini dan menanamkan
pembiasaan peduli lingkungan dengan cara melibatkan anak-anak secara aktif
dalam lingkungan dan mempertemukan mereka dengan isu atau masalah lingkungan.
Menurut Ahmad Bukhori, penanaman kesadaran lingkungan secara kuat bagi
anak-anak adalah sesuatu yang sangat penting di tengah era dimana krisis
lingkungan sudah begitu memprihatinkan. Penanaman kesadaran ini sebaiknya
dilakukan mulai dari lingkungan rumah, dimana orangtua bertanggung jawab untuk mendidik dan memberi
teldan dari hal-hal sederhana, seperti memisahkan sampah dan membuang pada
tempatnya, menutup kran air supaya tidak banyak air yang terbuang, atau diajak
membuat dan memelihara taman. Dengan memahami dan membangun kepekaan
lingkungan, ank-anak dapat membangun prilaku peka terhadap alamnya, dan ini
dapat membuat mereka merasa bertanggung jawab atas alam, memeliharanya dan juga
siap terhadap gejala-gejala bencana alam.
Wuryadi menambahkan, kepekaan terhadap lingkungan dan
permasalahannya dapat dilakukan dengan memberi pengalaman yang bermakna pada
siswa, baik secara langsung dan konkret atau terprogram. Pengalaman-pengalaman
itu dapat diberikan melalui pendidikan formal maupun non formal dengan
menerapkan metode deduktif. Hal-hal kecil dan sederhana harus diorganisasikan
atau diprogramkan agar dapat dipelajari bermakna bagi siswa.
Pada dasarnya, pengetahuan dasar tentang lingkungan sudah
ada diwilayah lokal kelompok masyarakat tetapi masih dalam bentuk fakta atau
fenomena yang belum terorganisasi. Untuk itu, keluarga, sekolah, dan organisasi
masyarakat memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama membangun pola pendidikan
lingkungan terpadu yang memberdayakan potensi lingkungan dan budaya lokalnya.
Pendidikan etika lingkungan yang kuat dan terpadu diharapkan
dapat membentuk generasi manusia yang memiliki kepekaan, kepedulian dan
komitmen yang tinggi terhadap lingkungan dan pemecahan masalah-masalah
lingkungan. Hal ini akan memberi kontribusi pada upaya membangun dan
mengembangkan masyarakat dan tatanan sosial yang memiliki kepekaan ekologis dan
mampu menciptakan keberlanjutan bumi yang sehat, sejahtera dan berguna
sepanjang waktu
makasih mba iin.
BalasHapussalam,
jurnal carmudi