Kamis, 08 Desember 2016

Pendidikan Etika Lingkungan Dan Harapan

Pendidikan Etika Lingkungan Dan Harapan

Sebagaimana di ungkapkan Arne Naes, bahwa krisis dewasa ini hanya dapat di atasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam, termasuk pola hidup kita merupakan suatu kebutuhan dan tanggung jawab bagi kita untuk menanamkan etika lingkungan kepada anak-anak kita, generasi masa depan yang kelak memanfaatkan dan mengemban tanggung jawab mengelola lingkungan.
Penanaman etika lingkungan dilakukan melalui pendidikan, karena lewat pendidikanlah seorang akan belajar berinteraksi menghadapi segala permasalahan dan berusaha memberdayakan potensi yang ada dalam dirinya untuk memecahkan masalah tersebut. Pendidikan etika lingkungan ini merupakan suatu upaya untuk merubah cara pandang, pemahaman dan perilaku mereka terhadap alam sehingga mereka dapat berpikir, merasakan, memilih dan mengambi keputusan, serta bertindak penuh pertimbangan dan tanggung jawab dalam memanfaatkan mengelola atau menyelesaikan masalah lingkungan hidupnya kelak.
Tujuan pendidikan lingkungan tersebut dapat dijabarkan menjadienam kelompok, yaitu:
a.        Kesadaran, yaitu memberi dorongan kepada setiap individu untuk memperolehkesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan dan masalahnya.
b.         Pengetahuan, yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh berbagaipengalaman dan pemahaman dasar tentang lingkungan dan masalahnya.
c.        Sikap, yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh seperangkat nilai dankemampuan mendapatkan pilihan yang tepat, serta mengembangkan perasaanyang peka terhadap lingkungan dan memberikan motivasi untuk berperan sertasecara aktif di dalam peningkatan dan perlindungan lingkungan.
d.        Keterampilan, yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh keterampilandalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah lingkungan.
e.        Partisipasi, yaitu memberikan motivasi kepada setiap individu untuk berperanserta secara aktif dalam pemecahan masalah lingkungan
f.         Evaluasi, yaitu mendorong setiap individu agar memiliki kemampuanmengevaluasi pengetahuan lingkungan ditinjau dari segi ekologi, social,
ekonomi, politik, dan faktor-faktor pendidikan. (Adisendjaja, 1988).

Pendidikan etika lingkungan tidak semata-mata menggarap masalah teknis yang akan dilakukan, tetapi juga menyangkut aspek nilai-nilai etika, sosial dan religius. Dalam hal ini, gerakan deep ecology yang dikembangkan ekosentrisme tidak hanya didasarkan pada pertimbangan elemen biofisik saja, tetapi juga mencakup pertimbangan aspek sosio-psikologis dan kultural. Dengan demikian, pendidikan etika lingkungan yang dilandasi semangat deep ecology dapat memberdayakan seluruh potensi yang ada pada diri subjek didik, baik potensi kognitif, afektif, psiokomotor, intra dan interpersonal bahkan spiritual.
Kunci pokok dari pendidikan etika lingkungan ini adalah bagaimana upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini dan menanamkan pembiasaan peduli lingkungan dengan cara melibatkan anak-anak secara aktif dalam lingkungan dan mempertemukan mereka dengan isu atau masalah lingkungan. Menurut Ahmad Bukhori, penanaman kesadaran lingkungan secara kuat bagi anak-anak adalah sesuatu yang sangat penting di tengah era dimana krisis lingkungan sudah begitu memprihatinkan. Penanaman kesadaran ini sebaiknya dilakukan mulai dari lingkungan rumah, dimana orangtua  bertanggung jawab untuk mendidik dan memberi teldan dari hal-hal sederhana, seperti memisahkan sampah dan membuang pada tempatnya, menutup kran air supaya tidak banyak air yang terbuang, atau diajak membuat dan memelihara taman. Dengan memahami dan membangun kepekaan lingkungan, ank-anak dapat membangun prilaku peka terhadap alamnya, dan ini dapat membuat mereka merasa bertanggung jawab atas alam, memeliharanya dan juga siap terhadap gejala-gejala bencana alam.
Wuryadi menambahkan, kepekaan terhadap lingkungan dan permasalahannya dapat dilakukan dengan memberi pengalaman yang bermakna pada siswa, baik secara langsung dan konkret atau terprogram. Pengalaman-pengalaman itu dapat diberikan melalui pendidikan formal maupun non formal dengan menerapkan metode deduktif. Hal-hal kecil dan sederhana harus diorganisasikan atau diprogramkan agar dapat dipelajari bermakna bagi siswa.
Pada dasarnya, pengetahuan dasar tentang lingkungan sudah ada diwilayah lokal kelompok masyarakat tetapi masih dalam bentuk fakta atau fenomena yang belum terorganisasi. Untuk itu, keluarga, sekolah, dan organisasi masyarakat memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama membangun pola pendidikan lingkungan terpadu yang memberdayakan potensi lingkungan dan budaya lokalnya.
Pendidikan etika lingkungan yang kuat dan terpadu diharapkan dapat membentuk generasi manusia yang memiliki kepekaan, kepedulian dan komitmen yang tinggi terhadap lingkungan dan pemecahan masalah-masalah lingkungan. Hal ini akan memberi kontribusi pada upaya membangun dan mengembangkan masyarakat dan tatanan sosial yang memiliki kepekaan ekologis dan mampu menciptakan keberlanjutan bumi yang sehat, sejahtera dan berguna sepanjang waktu



1 komentar: