Islam
Dalam Belenggu Krisis Intelektual
Dan
Westernisasi
Dengan berfikir manusia menyadari
posisinya sebagai hamba bagi Allah dengan cara beribadah dan memahami fungsinya
sebagai khalifatullah di muka bumi. Oleh karena itu berfikir
(intelektual) menurut pandangan Islam adalah sebagai media untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Sehingga wajar jika posisi pemikir islam di tengah
pemikiran produk manusia lain ibarat bunga mawar yang indah namun dikelilingi
oleh duri-duri yang tajam.
Seorang ilmuwan sejati atau
intelektual idealis adalah orang yang konsekuean dengan ilmu atau produk
intelektual yang ia cetuskan. Selain itu ia akan senantiasa siap merubah
pendirian, sikap, kepribadiaan, bahkan ideologinya sesuai dengan tuntutan dan
konsekuensi pengetahuannya. Jika seorang intelek bersikap jujur dengan ilmunya,
maka ilmu apapun yang dia dalamai akan sampai pada hilir yang mentauhidkan
Allah dan mengimani-Nya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang demikian pesatnya di zaman modern (di Barat) ini menyebabkan
munculnya sikap mempertentangkan secara simplistis antara islam dengan modernitas Barat yang identik dengan kemajuan,
inovasi, dan dinamika. Pemikir Muslim yang terjebak dalam pola pikir
mempertentangkan itu, menurut Arkoun, tidak sedikit jumlahnya. Selain itu,
munculnya sikap mempertentangkan itu juga dipicu oleh perbedaan kondisi antara
masyarakat Islam dan masyarakat modern (Barat) yang sejak abad ke-19 mengalami
ketimpangan dan kesenjangan yang luar biasa besar.
Menurut bernard Louis: “mengambil
sistem politik apa adanya dari berbagai negeri atau bahkan beragam peradaban
dan memaksakannya kepada masyarakat timur tengah dan lainnya melalu orang-orang
barat ataupemerintah yang kebarat-baratan adalah suatu kesalahan. Menurut
Aljabiri orang yang intelek dapat dijabarkan menjadi dua kelompok, pertama
yaitu para penggagas, produsen, ilmuwan, seniman, filsuf, penulis, dan sebagian
adalah penyebar ilmu dan karya seperti pengajar, wartawan, dan penulis yang
mereka dapat dari para konseptor. Kedua yaitu para profesional yang
telah mengaplikasikan budaya melalui beberapa profesi seperti dokter dan
pengacara.
Tranfomasi ilmu pengetahuan telah
dilakukan oleh umat islam pada masa-masa kebangkitannya, yaitu dimulai dengan
menerjemhkan buku-buku Yunani ke dalam bahasa mereka. Berarti gerakan
penerjemahan telah menentukan dalam menstimulasi kebangkitan intelektual Islam.
Dan ini juga dilakukan oleh barat sebelum adanya Renaissance barat telah
menerjemahkan buku-buku umat islam. Namun ini berbeda dengan westernisasi,
karena westerniasasi merupakan fakta adanya penjajahan baru, yaitu penjajahan
kultural. Masyarakat timur yang telah menjadi objek westernisasi telah
kehilangan jati diri kulturnya. Atau dengan kata lain dalam westernisasi
terjadi dominasi kultur barat yang besar terhadap kultur timur yang menjadi
objek westernisasi.
Untuk mencapai kemajuan umat dengan
berpegang teguh pad ilai-nilai silam diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a.
Umat islam harus menempa keyakinan, kebenaran, dan
kemurniaan Akidah Islam tidak lagi mencampur adukan akidah dengan penyaki
syirik.
b.
Umat Islam harus mampu menguasai Sains dan Teknologi yang
merupakan kunci untuk menuju keunggulan bangsa dalam bidang ekonomi, industry,
militer dan politik.
c.
Umat Islam harus mampu mencapai kondisi sosial dan ekonomi
yang memadai, dengan bekerja keras dan tidak bermalas-malasan dan berusaha
semaksimal mungkin menggali persatuaersatuadan memanfaatkan sumberdaya lam
enganm teknologi yang mutakhir.
d.
Umat Islam harus mampu harus menjaga persatuan
dan kesatuan umat Islam (Uhkuwah Islamiyah) dan jang mudah diadu domba hanya
masalah perbedaan paham, etnis dan golongan.
e.
Menyiapkan generasi muda Islam yang mampu berfikir
jauh kedepan, sehingga generasi muda Islam mampu mengantisipasi perubahan yang
ada dan mampu menguasai perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar