Kamis, 08 Desember 2016

Islam Dalam Belenggu Krisis Intelektual Dan Westernisasi

Islam Dalam Belenggu Krisis Intelektual
Dan  Westernisasi

Dengan berfikir manusia menyadari posisinya sebagai hamba bagi Allah dengan cara beribadah dan memahami fungsinya sebagai khalifatullah di muka bumi. Oleh karena itu berfikir (intelektual) menurut pandangan Islam adalah sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga wajar jika posisi pemikir islam di tengah pemikiran produk manusia lain ibarat bunga mawar yang indah namun dikelilingi oleh duri-duri yang tajam.
Seorang ilmuwan sejati atau intelektual idealis adalah orang yang konsekuean dengan ilmu atau produk intelektual yang ia cetuskan. Selain itu ia akan senantiasa siap merubah pendirian, sikap, kepribadiaan, bahkan ideologinya sesuai dengan tuntutan dan konsekuensi pengetahuannya. Jika seorang intelek bersikap jujur dengan ilmunya, maka ilmu apapun yang dia dalamai akan sampai pada hilir yang mentauhidkan Allah dan mengimani-Nya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang demikian pesatnya di zaman modern (di Barat) ini menyebabkan munculnya sikap mempertentangkan secara simplistis antara islam dengan modernitas Barat yang identik dengan kemajuan, inovasi, dan dinamika. Pemikir Muslim yang terjebak dalam pola pikir mempertentangkan itu, menurut Arkoun, tidak sedikit jumlahnya. Selain itu, munculnya sikap mempertentangkan itu juga dipicu oleh perbedaan kondisi antara masyarakat Islam dan masyarakat modern (Barat) yang sejak abad ke-19 mengalami ketimpangan dan kesenjangan yang luar biasa besar.
Menurut bernard Louis: “mengambil sistem politik apa adanya dari berbagai negeri atau bahkan beragam peradaban dan memaksakannya kepada masyarakat timur tengah dan lainnya melalu orang-orang barat ataupemerintah yang kebarat-baratan adalah suatu kesalahan. Menurut Aljabiri orang yang intelek dapat dijabarkan menjadi dua kelompok, pertama yaitu para penggagas, produsen, ilmuwan, seniman, filsuf, penulis, dan sebagian adalah penyebar ilmu dan karya seperti pengajar, wartawan, dan penulis yang mereka dapat dari para konseptor. Kedua yaitu para profesional yang telah mengaplikasikan budaya melalui beberapa profesi seperti dokter dan pengacara.  
Tranfomasi ilmu pengetahuan telah dilakukan oleh umat islam pada masa-masa kebangkitannya, yaitu dimulai dengan menerjemhkan buku-buku Yunani ke dalam bahasa mereka. Berarti gerakan penerjemahan telah menentukan dalam menstimulasi kebangkitan intelektual Islam. Dan ini juga dilakukan oleh barat sebelum adanya Renaissance barat telah menerjemahkan buku-buku umat islam. Namun ini berbeda dengan westernisasi, karena westerniasasi merupakan fakta adanya penjajahan baru, yaitu penjajahan kultural. Masyarakat timur yang telah menjadi objek westernisasi telah kehilangan jati diri kulturnya. Atau dengan kata lain dalam westernisasi terjadi dominasi kultur barat yang besar terhadap kultur timur yang menjadi objek westernisasi.
Untuk mencapai kemajuan umat dengan berpegang teguh pad ilai-nilai silam diperlukan  langkah-langkah sebagai berikut :
a.         Umat islam harus menempa keyakinan, kebenaran, dan kemurniaan Akidah Islam tidak lagi mencampur adukan akidah dengan penyaki syirik.
b.         Umat Islam harus mampu menguasai Sains dan Teknologi yang merupakan kunci untuk menuju keunggulan bangsa dalam bidang ekonomi, industry, militer dan politik.
c.         Umat Islam harus mampu mencapai kondisi sosial dan ekonomi yang memadai, dengan bekerja keras dan tidak bermalas-malasan dan berusaha semaksimal mungkin menggali persatuaersatuadan memanfaatkan sumberdaya lam enganm teknologi yang mutakhir.
d.         Umat Islam harus mampu harus menjaga  persatuan dan kesatuan umat Islam (Uhkuwah Islamiyah) dan jang mudah diadu domba hanya masalah perbedaan paham, etnis dan golongan.
e.         Menyiapkan generasi muda Islam  yang mampu berfikir jauh kedepan, sehingga generasi muda Islam mampu mengantisipasi perubahan yang ada  dan mampu menguasai perubahan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar