Sebab
Musabab Lahirnya ‘Ghazwul Fikri’
Kenapa
lahir Ghazwul Fikri? Ghazwul Fikri atau perang pemikiran dimulai ketika kaum
salibis dikalahkan sebanyak 9 kali dalam perang besar oleh kaum muslimin. Kemenangan kaum muslimin yang
spektakuler karena semua peperangan terjadi diluar perkiraan akal manusia.
Misalnya, panglima Besar Islam Khalid ibn Walidn Ra dengan 3000 pasukan pernah
mengalahkan 100.000 pasukan romawi.
Mereka
berfikir keras bagaimana cara mengalahkan umat islam, akhirnya mereka ingin
mendalami islam terlebih dahulu. Sesungguhnya kaum salibis memang luar biasa
sampai dalam sejarah diungkap seorang dari mereka rela menginggalkan anak dan
istrinya hanya untuk berkeliling di negeri-negeri islam.
Diantara
pernyataan mereka adalah :”Percuma saja
kita berperang melawan umat Islam selama mereka berpegang teguh pada agama
mereka (Al Quran dan Sunah). Jika komitmen mereka terhadap agama mereka kuat, kita tidak dapat berbuat apa-apa,
karena itu tugas kita sebetulnya adalah menjauhkan umat islam dari agama
mereka, barulah kita akan mudah mengalahkan umat Islam. “Gladstone.
Salah
seorang perdana menteri inggris menyimpulkan : “selama Al Quran itu berada ditangan umat islam, tidak mungkin Eropa
akan menguasai dunia timur.”
Perubahan Strategi Dalam Melawan Islam
Strategi
perang melawan umat islam kemudian diubah dari perang fisik ke perang
pemikiran. Berbagai upaya dibuat untuk mengalihkan umat islam dari agamanya.
Serangan demi serangan dilancarkan melalui hiburan, olahraga, dan segmen yang
menarik lainnya, sehingga tanpa disadari umat islam sudah mengikuti mereka
bahkan dengan terang-terangan menjadi pendukung setia disetiap program-program
yang mereka adakan.
Awas Bahaya Perang Pemikiran
(Ghazwul Fikri)
Beberapa
jenis ghazwul fikri atau perang pemikiran yang perlu diwaspadai pada saat ini
diantaranya:
1.
Perusakan
Akhlak
Dalam berbagai media
massa musuh-musuh islam melancarkan program-program yang bertujuan untuk
merusak akhlak generasi muslim mulai dari anak-anak, remaja maupun dewasa.
Diantara perusakan itu adalah lewat majalah, televisi serta musik. Dalam
media-media tersebut selalu saja disuguhkan penampilan tokoh-tokoh terkenal
yang pola hidupnya jelas-jelas jauh dari nilai-nilai islami. Mulai dari cara
berpakaian, gaya hidup dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan. Dengan cara itu
mereka telah berhasil membuat idola-idola baru yang generasi islam berkiblat
kepada mereka.
2.
Perusakan
Pola Fikir
Dengan memanfaatkan
media, baik cetak ataupun elektronik, mereka juga segara menyajikan berita yang
tidak jelas kebenarannya, terutama yang berkenaan dengan kaum muslimin.
Seringkali mereka menyematkan gelar seperti ‘teroris’, ‘fundamentalis’,
‘ekstrim’ dst kepada kaum muslimin yang berjuang mempertahankan kemerdekaan
negeri mereka dari penguasaan para penjajah yang zalim.
Sementara itu mereka
mendiamkan setiap aksi para perusak serta penindas yang sejalan dengan mereka
seperti Zionis Yahudi yang menjajah Palestina. Berita yang sampai kepada kaum
muslimin benar-benar jauh dari realitas bahkan sengaja diputarbalikan dari kenyataan
yang terjadi.
3.
Sekulerisasi
Pendidikan
Hampir diseluruh negeri
muslim telah berdiri model pendidikan sekolah yang lepas dari nilai-nilai
keagamaan. Mereka sengaja memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan di
sekolah sehingga munculah generasi-generasi terdidik yang jauh dari agamanya.
Sekolah macam inilah
yang mereka dirikan di bumi islam pada masa penjajahan (iperealisme) untuk
menghancurkan islam dari tubuhnya sendiri.
4.
Pemurtadan
Ini adalah program yang
paling jelas kita saksikan. Secara terang-terangan orang-orang non muslim
menawarkan bantuan ekonomi, mulai dari bahan makanan, rumah, jabatan, beasiswa
dan lainnya untuk menggoyahkan iman kaum muslimin.
Samuel Zwemmer dalam konferensi Al
Quds untuk para pastur pada tahun 1935 mengatakan: “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang islam dari
agamanya menjadi pemeluk agama kalian, akan tetapi menjauhkan mereka dari agama
mereka (Al Quran dan Sunah) sehingga mereka menjadi orang-orang yang putus
hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan) menjadi terpecah
belah dan jauh dari persatuan. Dengan generasi-generasi baru yang akan
memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan
kalian”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar