Selasa, 27 Desember 2016

Ayo Kenali Dirimu

Ayo Kenali Dirimu

Sebelum kita mampu mengenali dan memahami orang lain, kita harus mengetahui terlebh dahulu diri kita sendiri
Kita harus memahami apa yang ada pada dirinya seperti nilai-nilai, keyakinan, pemikiran,perasaan, motivasi, persangkaan,kekuatan & keterbatasan serta bagaimana pikiran & perilaku tsb berakibat terhadap orang lain à kesadaran diri .Seseorang harus mempunyai kecerdasan intra personal dan kecerdasan interpersonal.
                          
Untuk apa mengenali diri ?
·      Mengetahui apa yang sesungguhnya kita butuhkan dalam hidup ini
Ketika kita dapat mengidentifikasi diri sendiri, kenal terhadap diri kita sendiri,  memiliki motivasi maka kita dapat mengetahui tujuan hidup kita
·        Mengetahui kelebihan dan kekurangan pribadi kita
Setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan , tidak semua orang dapat mengidentifikasi kelebihannya.
·        Memanfaatkan pengetahuan tentang diri untuk menetapkan tujuan dan meraih cita-cita. Jika kita mengetahui kelebihan dan kekurangan itu maka akan menjadi seseorang yang realistis.
·        Mengetahui mengapa kita gagal dan sukses dalam suatu hal
·        Merencanakan masa depan lebih terarah

Dari lisan Nabi Mulia…….
“ Allah merahmati seseorang yang mengenali kadar kemampuan dirinya”
“ Barang Siapa yang mengenal dirinya, pasti dia akan mengenal Tuhannya”


Komponen Utama Kecerdasan Emosional

Komponen Utama Kecerdasan Emosional

Peter Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner sebagai definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya, dan memperluas kemampuan ini menjadi lima wilayah utama, dimana Goleman (2007) itu sendiri membagi model kecerdasan emosional menjadi dua bagian besar, yaitu personal competence dan social competence.
Personal Competence
Personal competence merupakan kemampuan individu mengatur atau mengelola diri sendiri (Goleman, 2007).
Mengenali emosi diri (self awareness)
Kesadaran diri dalam mengenali emosi atau perasaan sewaktu perasaan itu muncul pada diri individu merupakan dasar dari kecerdasan emosional (kemampuan kunci dalam kecerdasan emosional adalah self awareness).Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan pada perasaan dari waktu ke waktu sehingga dapat menimbulkan wawasan dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan dalam mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri individu berada dalam penguasaan pada perasannya sendiri, sehingga ini membuat individu tidak peka akan perasaannya yang sesungguhnya dan berakibat buruk dalam pengambilan keputusan. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, akan tetapi merupakan salah satu syarat penting dalam mengendalikan emosi, sehingga individu tersebut mudah dalam menguasai emosinya (Goleman, 2007). Individu diminta untuk menentukan kondisi perubahan emosi individu itu sendiri dalam intensitas dan tipe perubahan, tugas lainnya untuk mengukur pemahaman orang lain akan emosi dasar yang secara bersama-sama menciptakan emosi yang tajam, seperti iri atau cemburu (Passer & Smith, 2007).
Mengelola emosi (self control)
Kemampuan dalam mengelola emosi sebagai landasan dalam mengenal diri sendiri atas emosi.Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar perasaan tersebut dapat terungkap dengan tepat, sehingga mampu mencapai keseimbangan dalam diri individu.Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila individu tersebut mampu menghibur dirinya sendiri ketika dalam kondisi terpuruk atau kesedihan, dapat melepaskan kecemasan dalam diri, kemurungan atau ketersinggungan. Begitu sebaliknya, emosi yang tidak berhasil dikelola akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri. Emosi yang berlebihan dan meningkat dengan intensitas yang terlampau lama akan menghancurkan kestabilan diri individu (Goleman, 2007). Sementara itu, menurut Passer dan Smith (2007) mengelola emosi diukur dengan meminta responden menunjukkan bagaimana responden tersebut dapat mengubah emosinya sendiri atau orang lain, serta memfasilitasi keberhasilan atau meningkatkan kerukunan antar pribadi.
Memotivasi diri sendiri (self motivation)
Memotivasi diri merupakan bentuk usaha yang dilakukan indvidu tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Kemampuan individu dalam memotivasi diri dapat ditelusuri melalui berbagai hal, antara lain: cara mengendalikan dorongan hati, derajat kecemasan yang berpengaruh pada kemampuan seseorang, kekuatan berpikir positif, dan optimisme. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimiliki individu, maka individu tersebut cenderung akan memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. Selain itu juga memiliki keinginan yang berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain (Goleman, 2007).
Dari pembahasan diatas, menjelaskan definisi personal competence merupakan kemampuan individu mengenali atau memahami emosinya sendiri, mengelola atau mengatur emosinya sendiri, serta bagaimana individu itu mampu memotivasi dirinya sendiri untuk dapat mencapai suatu tujuan hidup.

Filsafat Matematika

Filsafat Matematika

          Wilkins, DR, 2004, menjelaskan bahwa terdapat  beberapa definisi  tentang matematika yang berbeda-beda. Ahli logika Whitehead menyatakan bahwa matematika dalam arti yang paling luas adalah pengembangan semua jenis pengetahuan yang bersifat formal dan  penalarannya bersifat  deduktif. Boole berpendapat bahwa itu matematika adalah ide-ide tentang jumlah dan kuantitas.  Kant mengemukakan bahwa ilmu matematika merupakan contoh yang paling cemerlang tentang bagaimana akal murni berhasil bisa memperoleh kesuksesannya dengan bantuan pengalaman. Von Neumann percaya bahwa sebagian besar inspirasi matematika terbaik berasal dari pengalaman.  Riemann menyatakan bahwa jika dia hanya memiliki teorema, maka ia bisa menemukan bukti cukup mudah. Kaplansky menyatakan bahwa saat yang paling menarik adalah bukan di mana sesuatu terbukti tapi di mana konsep baru ditemukan. Weyl menyatakan bahwa Tuhan ada karena matematika adalah konsisten dan iblis ada karena kita tidak dapat membuktikan matematika konsistensi ini.  Hilbert menyimpulkan bahwa ilmu matematika adalah kesatuan yang konsisten, yaitu sebuah struktur yang tergantung pada vitalitas hubungan antara bagian-bagiannya, dan penemuan dalam matematika dibuat dengan penyederhanaan metode, menghilangnya prosedur lama yang telah kehilangan kegunaannya dan penyatuan kembali unsur-unsurnya untuk menemukan konsep baru.
          Hempel, CG, 2001, menegaskan kembali apa yang telah dikemukakan oleh John Stuart Mill bahwa matematika itu sendiri merupakan ilmu empiris yang berbeda dari cabang lain seperti astronomi, fisika, kimia, dll, terutama dalam dua hal: materi pelajaran adalah lebih umum daripada apapun lainnya dari penelitian ilmiah, dan proposisi yang telah diuji dan dikonfirmasi ke tingkat yang lebih besar dibandingkan beberapa bagian yang paling mapan astronomi atau fisika. Dengan demikian, sejauh mana hukum-hukum matematika telah dibuktikan oleh pengalaman masa lalu umat manusia begitu luar biasa bahwa kita telah dibenarkan olh teorema matematika dalam bentuk kualitatif berbeda dari hipotesis baik dari cabang lain.
          Hempel, CG, 2001, lebih lanjut menyatakan bahwa sekali istilah primitif dan dalil-dalil yang telah ditetapkan, seluruh teori sepenuhnya ditentukan. Dia menyimpulkan bahwa himpunaniap istilah dari teori matematika adalah didefinisikan dalam hal primitif, dan himpunaniap proposisi teori secara logis deducible dari postulat, adalah sepenuhnya tepat.   

          Perlu juga untuk menentukan prinsip-prinsip logika yang digunakan dalam pembuktian proposisi matematika. Ia mengakui bahwa prinsip-prinsip dapat dinyatakan secara eksplisit ke dalam kalimat primitif atau dalil-dalil logika. Dengan menggabungkan analisis dari aspek sistem Peano, Hempel menerima tesis dari logicism bahwa Matematika adalah cabang dari logika karena semua konsep matematika, yaitu aritmatika, aljabar analisis, dan, dapat didefinisikan dalam empat konsep dari logika murni, dan semua teorema matematika dapat disimpulkan dari definisi tersebut melalui prinsip-prinsip logika. Bold, T., 2004, menyatakan bahwa komponen penting dari matematika mencakup konsep angka integer, pecahan, penambahan, perpecahan dan persamaan; di mana penambahan dan pembagian terhubung dengan studi proposisi matematika dan konsep bilangan bulat dan pecahan adalah elemen dari konsep-konsep matematika.

          Bold, T., 2004, lebih lanjut menunjukkan bahwa elemen penting kedua untuk interpretasi konsep matematika adalah kemampuan manusia dari abstrak, yaitu kemampuan pikiran untuk mengetahui sifat abstrak dari dari obyek dan menggunakannya tanpa kehadiran obyek. Karena kenyataan bahwa semua matematika adalah abstrak, ia percaya bahwa salah satu motif dari intuitionists untuk berpikir matematika adalah produk satu-satunya pikiran. Dia menambahkan bahwa elemen penting ketiga adalah konsep infinity, sedangkan konsep tak terbatas didasarkan pada konsep kemungkinan. Dengan demikian, konsep tak terbatas bukan kuantitas, tetapi konsep yang bertumpu pada kemungkinan tak terbatas, yang merupakan karakter dari kemungkinan. Berikutnya ia mengklaim bahwa konsep pecahan hanya berdasarkan abstraksi dan kemungkinan. Menurut dia, isu yang terlibat dengan bilangan rasional dan irasional sama sekali tidak relevan untuk interpretasi konsep pecahan sebagaimana selalu dikhawatirkan oleh Heyting Arend. Sejauh berkenaan dengan konsep-konsep matematika, bilangan rasional sebagai n / p dan bilangan irasional dengan p adalah bilangan bulat, hanya masalah cara berekspresi. Perbedaan antara mereka adalah masalah dalam matematika untuk dijelaskan dengan istilah matematika dan bahasa.

Strategi Pengembangan Diri

Strategi Pengembangan Diri 
3 M
Mulai saat ini
Mulai dari diri
Mulai dari yang kecil

Self-concept development factors


·        Pengalaman interpersonal dan kultural à perasaan positif
·        Penerimaan terhadap kemampuannya oleh individu dan lingkungan
·        Aktualisasi diri
·        Pengaruh pengasuhan orang tua
·        Pengaruh teman
·        Status Sosial dan lingkungan kultural



Self-Perceptions


·        Kebutuhan, nilai-nilai dan kepercayaan
·        Sulit untuk diubah
·        negative self-concept  à distorsi persepsi.
·        positive self concept à aktualisasi diri



Self-Esteem
Seseorang yang memiliki kepercayaan terhadap dirinya untuk menuju pribadi ideal.

Healthy Personality
Seseorang yang dapat menerima dirinya dan orang lain secara baik.

QUALITIES OF A HEALTHY PERSONALITY
·        Bahasa tubuh yang baik
·        Idealita yang tepat
·        Konsep diri yang positif
·        Self-esteem yang tinggi
·        Penampilan sesuai
·        Perasaan yang nyaman

Behaviors Associated with Low Self-Esteem
·        Mengkritik diri sendiri
·        Rasa bersalah dan cemas
·        Rasa penolakan terhadap diri sendiri
·        Hubungan interpersonal yang buruk

·        Mencelakai diri sendiri 

Perkembangan Sosio-emosional Remaja

Perkembangan Sosio-emosional Remaja

Papalia, Olds, dan Feldman (2007) menyatakan bahwa usia remaja berada pada rentang usia antara 11-21 tahun. Pada masa remaja mengalami masa-masa pergolakan emosi yang muncul dari berbagai bentuk seperti hubungan dalam keluarga, lingkungan di tempat tinggal, lingkungan sekolah dan hubungan pertemanan sebaya dan kegiatan dalanm kehidupan sehari-hari (Santrock, 2003).
Menurut Arnett (1999); Roberts, Caspi, & Moffitt (2001) masa remaja yang paling mengalami pergeseran mood dan suasana hati baik positif maupun negatif dibandingkan dengan masa kanak-kanak dan dewasa. Dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa, remaja juga jauh lebih mungkin memiliki perasaan sadar diri, malu, canggung, kesepian, gelisah, dan perasaan diabaikan (dalam Lahey, 2012).
Konflik antara orang tua dan anak-anak meningkat selama masa remaja awal sampai masa remaja akhir (Arnett, 1999 dalam Lahey, 2012). Konflik ini biasanya berfokus pada dating, berapa lama remaja harus berada jauh dari rumah, kemana mereka bisa pergi, dan menjadi seperti apa mereka (ini sering mencerminkan adanya perbedaan antara pandangan orang tua dan pandangan remaja  mengenai seks, alkohol, narkoba, kenakalan, dan keamanan) (Lahey, 2012).
Arnett (1999) dan Steinberg (2009) menjelaskan bahwa selama masa remaja terjadi peningkatan yang tajam dalam perilaku remaja, yakni perilaku yang menunjukkan tindakan berbahaya, ada peningkatan yang ditandai dengan minum-minuman keras (mabuk-mabukan), pengunaan obat-obatan terlarang, mengemudi secara sembrono (kecelakaan mobil atau kematian), tidak ada perlindungan dalam hubungan seksual, agresi, kenakalan remaja, dan hal ini di alami individu sampai masa perkembangan dewasa awal (dalam Lahey, 2012).
Selain adanya perubahan pada perkembangan emosi remaja, remaja juga menunjukkan adanya perubahaan nyata dalam hubungan sosial. Masa remaja merupakan masa dimana individu terkadang melepaskan diri dari keluarga atau masa pubertas membawa individu menjauh dari orang tua (Arnett, 1999 & Galambos, 1992). Sementara itu, Diamond, Fagundes, dan Butterworth (2010) menjelaskan masa remaja juga mengalami hubungan pertemanan sebaya, dimana ini meliputi partener intim. Terjadinya pergeseran orientasi dari orang tua ke hubungan pertemanan sebaya dapat dilihat adanya penilaian dari kelompok persebayaan yang terjadi pada awal pubertas (sekitar usia 11 tahun sampai 13 tahun), akan tetapi hubungan ini akan menurun pada rentan usia 15 tahun. Selain itu, menurut Santrock (1998) remaja muda menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua nya (dalam Lahey, 2012).


Selasa, 20 Desember 2016

Ternyata Kegagalan itu Baik loh, Kawan!!!

Ternyata Kegagalan itu Baik loh, Kawan!!!

Example story:
“Saya telah belajar tentang kegagalan relatif. Nomor tiga dalam Kejuaraan Dunia tahun 1994 itu buruk sekali dalam pandangan saya. Namun hikmahnya, saya menyadari bahwa saya tidak dapat selalu menang. Saya harus bisa menerima kekalahan. Beberapa tahun setelahnya, pencapaian peringkat empat di Olimpiade Sidney lebih menjadi pengalaman hidupdan bukan kekalahan yang menyakitkan. Saya langsung merasakan kebutuhan untuk membuktikan bahwa saya adalah pendayung yang baik sehingga saya harus tetap mendayung. Di sisi lain saya juga perlu membuktikan bahwa meski saya bagus dalam mendayung, ada hal-hal lain yang saya juga bisa bagus. Jadi saya bergabung dengan tim layar yang ambil bagian dalam America’s Cup selama setahun.”
Dari contoh cerita di atas dapat kita tarik kesimpulannya, bahwasannya keberhasilan seseorang berawal dari dorongan untuk bangkit dari kegegalan yang dialami sebelumnya. Kuncinya yaitu respons positif seseorang dalam menghadapi kegagalan dan kemampuan untuk menyerap sakit hati dan kemonotonan (tapi mungkin dia tidak sakit hati dan merasa monoton?) dalam latihan tanpa hentinya untuk berhasil.
Contohnya saja seorang anak yang belajar berjalan atau mengendarai sepeda. Atau pikirkan suatu saat dimasa lalu ketika kita sendiri bertekad mencapai sesuatu yang penting bagi kita. Semuanya memerlukan suatu tingkat kegigihan tertentu untuk sukses. Ada dua alasan utama mengapa kita dapat sukses:
1.        Hasrat kita untuk sukses mengalahkan pandangan negatif kita terhadap tingkat kemampuan kita sendiri.
2.       Penjelasan kita mengenai alasan-alasan kemunduran dan kegagalan kita membuat kita dapat mengidentifikasi berbagai faktor yang akan mengubah kegagalan menjadi kebehasilan.
Mungkin koruptor terbesar dalam kesuksesan adalah anggapan bahwa semua kesuksesan dan kegagalan kita berasal dari gen yang kita warisi. Sebenarnya, jika kita anggap demikian, maka kita setuju. Ini adalah pernyataan yang akan terpenuhi dengan sendirinya.

Jika anda ingin mengukir prestasi dalam bidang apapu, maka kita akan memenuhi kekecewaan dan kegagalan dalam prosesnya. Kadang-kadang kita akan berhasil pada awalnya tetapi kemudian terjadi kemunduran. Kadang-kadang erjadi sebaliknya. Cara kita merasionlaisasi kegagalan atau kesuksesan dalam benak kita yang menentukan tindakan kita dalam menanggapi kegagalan atau kesuksesan itu.

Sifat Dasar Filsafat

Sifat Dasar Filsafat

Berfilsafat artinya berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Dan karena berpikir radikal ia tidak pernah terpaku hanya kepada satu fenomena tertentu. Ia tidak akan berhenti pada satu jawaban tertentu. Dengan berpikir radikal, filsafat berupaya untuk menemukan jawaban dari akar permasalahan yang ada. Filsafat berupaya mencari hakikat yang sesungguhnya dari segala sesuatu.
Berpikir radikal bukan berarti hendak mengubah, membuang,
atau menjungkirbalikkan segala sesuatu, melainkan dalam arti berupaya berpikir
secara mendalam, untuk mencari akar persoalan yang dipermasalahkan. Berpikir
radikal justru berupaya memperjelas realitas, melalui penemuan serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri.
Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu dari realitas, akan tetapi berupaya mencari keseluruhan. Dalam memandang keseluruhan realitas, filsafat senantiasa berusaha mencari asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas. Mencari asas berarti berupaya menemukan sesuatu yang menjadi esensi realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas tersebut dapat diketahui dengan pasti dan menjadi jelas. Mencari asas adalah salah satu sifat dasar filsafat.
Filsuf pada dasarnya adalah seorang pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya merupakan kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Maka dapat dikatakan bahwa berfilsafat artinya memburu kebenaran tentang segala sesuatu.
Yang namanya kebenaran itu sendiri harus bisa dipertanggungjawabkan. Artinya, kebenaran harus selalu terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Dan begitu untuk seterusnya. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa kebenaran dalam artian filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, akan tetapi selalu bergerak dari satu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti.
Filsafat muncul salah satunya disebabkan adanya keraguan. Untuk mengatasi keraguan tersebut maka dibutuhkan yang namanya kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat artinya berupaya mendapatkan kejelasan dan penjelasan mengenai seluruh realitas. Geisler dan Feinberg (1982: 18-19) mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafati adalah adanya usaha keras demi mengapai kejelasan intelektual (intellectual clarity).
Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran, dan mencari kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional. Berpikir secara rasional artinya berpikir secara logis, sistematis, dan kritis. Berpikir logis adalah bukan sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, akan tetapi juga agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Berpikir logis juga menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis adalah rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis. Tanpa disertai pemikiran yang logis-sistematis dan koheren, tidak mungkin dicapai kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan.
Berpikir kritis artinya menjaga kemauan untuk terus-menerus mengevaluasi argumentasi yang mengklaim dirinya adalah benar. Seseorang yang berpikiran kritis tidak akan mudah meyakini suatu kebenaran begitu saja tanpa benar-benar menguji keabsahan kebenaran tersebut.


Produk Pemikiran Filsafat

Produk Pemikiran Filsafat

Berfikir filsafat timbul karena adanya sesuatu hal yang dipikirkan atau pertanyakan terhadap sesuatu hal atau objek, bahkan bisa saja karena adanya keheran terhadap objek di sekeliling kita. Dari hal-hal tersebut maka seseorang akan mencari jawaban dari pertanyaan atau rasa keheran secara mendalam sampai hal tersebut terjawab sesuai dengan kepuasan yang diinginkan, didalam menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan suatu pola berpikir agar pertanyaan tersebut terjawab dan hasil jawaban itu dapat dipertanggungjawabkan, seperti halnya di atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan terjawab jikalau tidak ada pemikiran/berpikir serta pengetahuan yang ilmiah dalam menjawab sehingga dibutuhkan suatu ilmu dalam menjawab sehingga dapat dikatakan bahwasanya produk dari pemikiran filsafat adalah ilmu serta ilmu tersebut akan muncul cabang-cabang ilmu yang lain yang mebidangi dari setiap permasalahan yang dikaji.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1)    Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2)    Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3)    Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1)      Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2)      Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3)      Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4)      Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada  kemampuan manusia.


Menggabungkan Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif

Menggabungkan Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif

Berbicara mengenai upaya penggabungan antara penelitian kuantitaif dan penelitian kualititaif, maka nantinya akan didapatkan suatu titik temu yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti, yang pada akhirnya memberikan kemudahan kepada para peneliti. Biasanya, peneliti kuantitatif biasanya tidak puas dengan hasil analisis statistic. Misalnya dengan data yang dikumpulkan dengan kuesioner, analisis statistic dilakukan untuk menemukan hubungan antara dua tau lebih variable. Ternyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada hubungan. Peneliti meragukan hasilnya karena hipotesisnya tidak teruji, untuk itu ia lalu mengadakan wawancara mendalam untuk melengkapi penelitiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa peneliti berusaha menggabungkan dua karakteristik penlitian yang berbeda, yaitu kuantitatif dan kualitatif.
            Begitu juga sebaliknya terjadi, peneliti kualitatif sering menggunakan data kuantitatif, namun yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis kuantitatif bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat diguinakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainya hanya sebagai pelengkap saja.
Dari sebagian besar uraian metodologi tampaknya sepakat bahwa sepanjang dua paradigma yang berbeda dianggap ada, perbedaan yang terpenting adalah cara masing-masing memperlakukan data. Dalam tradisi kualitatif peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai instrument, mengikuti asumsi-asumsi cultural sekaligus mengikuti data konsekuensi dari pendekatan ini adalah metode penelitian kualitatif merupakan observasi partisipatoris (pengamatan terlibat). Dalam tradisi kuantitatif instrument tersebut adalah alat teknoogis yang telah ditentukan sebelumnya dan tertata dengan baik sehingga tidak banyak memberi peluang bagi fleksibelitas, masukan imajinatif dan refleksitas. Tehnik kuantitatif seperti wawancara mendalam lebih dibutuhkan.Dari upaya proses penggabungan kedua jenis penelitian tersebut, antara kuantitatif dengan kualitatif, dapat dijelaskan bahwa perbedaan antara kedua paradigma itu terkait dengan tingkat pembentukan pengetahuan dan proses penelitian. Penggabungan dua metode yang berbeda  dalam sebuah rangkaian penelitian memunculkan persoalan gerak antara paradigma-paradigma pada tingkat epistemology dan teori dalam praksisnya.
Dalam proses penggabungan pendekatan dan metode disusun menurut beberapa factor : pertama, menyangkut arti penting yang diberikan kepad amasing-masing pendekatan dalam keseluruhan proyek. Kedua, menyangkut urutan waktu, jangka waktu untuk mana kedua metode ditempuh secara simultan. Jelaslah bahwa konstribusi metode kualitatif terhadap perumusan maslaah teoritis yang dikaji oleh suvei menuntut dilakukannya durvey lapangan secar intensif sebelum survey. Disamping itu, jika tujuan survey lapangan kualitatif untuk memperjelas dan memperluas temuan survey, maka hal itu harus dilakukan setelah survey. Ketiga juga terkait dengan urutan waktu dan menyangkut tahap dalam proses penelitian saat kedua metode digunakan atau dihentikan. Misalnya, kedua metode dapat diakses ke dalam proyek pada tahap pembuatan desain, tetapi hanya satu metode yang diperhitungkan dalam penulisan laporan penelitian. Keempat yang menentukan pemakaian metode menyangkut pembagian keterampilan dalam tim penelitian.
Dari proses penggabungan tersebut, tergantung kepada individu peneliti dalam menggunakan dan melaksanakan penelitiannya, apakah lebih cenderung kepada penelitian kuantitif atau lebih cenderung kepada penelitian kualitatif dalam menganalisa data yang didapat dari hasil penelitiannya.

            Dari kedua penggabungan jenis penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa kehadiran dan keberadaan dua paradigma yang berbeda mengesankan adanya sesuatu yang menjadi pedoman para peneliti, terutama bagi praktek-praktek mereka. Ini tidaklah mengherankan karena kumpulan teks-teks metodologi yang mengesankan keberadan dua paradigma tersebut.

Matematika Sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu

Matematika Sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu

Menurut   Abraham   S   Lunchins   dan   Edith   N   Luchins   (Erman Suherman, 2001), matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.
Mustafa  (Tri  Wijayanti,  2011)  menyebutkan  bahwa  matematika adalah  ilmu  tentang  kuantitas,  bentuk,  susunan,  dan  ukuran,  yang  utama adalah metode dan proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat dan hubungan antara jumlah dan ukuran, baik secara abstrak, matematika murni atau dalam keterkaitan manfaat pada matematika terapan.
Berdasarkan  Elea  Tinggih  (Erman  Suherman,  2001),  matematika berarti   ilmu   pengetahuan   yang   diperoleh   dengan   bernalar.   Hal   ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperiment disamping penalaran.
James dan James (Erman Suherman, 2001), mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Namun ada pula kelompok lain yang beranggapan bahwa matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri. Ilmu adalah untuk ilmu, dan matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk kepentingan sendiri. Matematika adalah  ilmu tentang struktur  yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, dan ketat.
Matematika sebagai ratu ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak sekali cabang ilmu pengetahuan yang pengembangan teori-teorinya didasarkan pada pengembangan konsep matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus, khususnya tentang persamaan differensial. Contoh lain, teori ekonomi mengenai permintaan dan penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus tentang differensial dan integral.
Dari  kedudukan  matematika  sebagai  pelayan  ilmu  pengetahuan, tersirat bahwa matematika sebagai suatu ilmu yang berfungsi pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu dan sebagai penyedia jasa layanan untuk pengembangan ilmu-ilmu yang lain pula. (Erman Suherman, dkk, 2001:29).


Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi

Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah  aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan.  Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan lain-lain.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru dalam  berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu.  Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh  pula terhadap pendidikan. Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alatalat dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai  dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan  masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi  secara langsung  berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan  strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat  membekali  peserta didik  agar memiliki  kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.


Konsep Diri

Konsep Diri

Konsep diri adalah pikiran dan keyakinan seseorang mengenai dirinya sendiri.Deskripsi seorang anak kecil, adalah contoh sederhananya, misalnya ”saya berumur 8 tahun”, “saya penari terbaik dikelas”, atau “saya yang paling bodoh di kelas”.
William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “ persepsi yang bersifat fisik, social,dan psikologis, mengenai diri kita, yang didapat dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain”.
Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini dapat bersifat psikologis, social, dan fisis (Rakhmat,2003). Misalnya, anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri anda:

Bagaimana watak saya sebenarnya?
Apa yang membuat saya bahagia dan sedih?
Apa yang sangat mencemaskan saya?

Bagaimana orang lain memandang saya?
Apakah mereka menghargai atau merendahkan saya?
Apakah mereka membenci atau menyukai saya?

Bagiamana pandangan saya tentang penampilan saya?
Apakah saya orang yang menarik atau jelek?
Apakah tubuh saya kuat atu lemah?

Jawaban pada tiga pertanyaan pertama adalah persepsi psikologis tentang diri Anda. Jawaban pada tiga pertanyaan berikutnya adalah persepsi social. Jawaban pada tiga pertanyaan terakhir adalah persepsi fisis tentang diri Anda. Dengan demikian, konsep diri bukan sekedar gambaran deskriptif tentang diri, tetapi juga penilaian tentang diri Anda.
Self-esteem (harga diri) adalah penilaian, baik positif atau negative, individu terhadap diri sendiri. Tingginya self-esteem merujuk pada tingginya estimasi individu atas nilai, kemampuan, dan kepercayaan yang dimilikinya. Sedangakan self-esteem yang rendah melibatkan penilaian yang buruk akan pengalaman masa lalu dan pengharapan yang rendah bagi pencapaian masa depan.
Orang dengan self-esteem tinggi memiliki sikap positif terhadap dirinya. Mereka merasa puas dan menghargai diri sendiri, yakin bahwa mereka mempunyai sejumlah kualitas baik, dan hal-halyang patut dibanggakan. Self –esteem mempengaruhi perilaku komunikasi seseorang. Orang dengan self-esteem tinggi akan lebih lentur dalam menaggapi situasi yang dihadapi meskipun itu situasi yang sulit karena mereka mampu menerima diri sendiri apa adanya, daripada orang dengan self-esteem rendah.
Harga diri merupakan salah satu komponen konsep diri. Konsep diri mempunyai dua komponen; komponen kognitif dan komponen afektif (Rakhmat,2003). Bisa jadi komponen kognitif berupa, “saya ini bodoh” dan komponen afektif berupa, “saya senang saya bodoh, ini lebih baik bagi saya”. Bisa jadi komponen kognitifnya sama, tetapi komponen afektifnya, ”saya malu sekali karena saya bodoh”. Komponen afektif inilah disebut harga diri. Adapun komponen kognitif disebut self-image (citra diri).